CIREBON, (cirebonbagus.id).- Mpox pertama kali ditemukan di Denmark tahun 1958, ditemukan dua kasus seperti cacar pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian, sehingga cacar ini dinamakan ‘Cacar Monyet/mpox”. Mpox pada manusia pertama kali ditemukan di Republik Demokratik Kongo (Zaire/DRC) tahun 1970.
Penyakit yang disebabkan oleh virus orthopoxvirus yang terjadi karena adanya kontak dengan orang atau hewan yang membawa virus monkeypox. Virus ini awalnya menular dari hewan ke manusia melalui cakaran atau gigitan hewan seperti tupai, monyet atau tikus yang terinfeksi.
Bayi baru lahir, anak-anak, dan orang dengan gangguan kekebalan tubuh berisiko mengalami gejala-gejala lebih serius dan kematian akibat mpox.
Komplikasi dari mpox termasuk infeksi kulit sekunder, pneumonia, gangguan kesadaran, dan masalah mata. Di masa lalu, antara 1% hingga 10% orang dengan mpox telah meninggal.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon meminta camat, lurah dan puskesmas untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cacar monyet atau monkeypox (mpox).
Hal tersebut diungkapkan Sekda Kota Cirebon usai melakukan rapat sosialisasi dan koordinasi penyakit monkeypox (Mpox) di Kota Cirebon serta pencegahan dan penanggulangan monkeypox di Kota Cirebon di ruang rapat Prabayaksa lantai 3 Gedung Setda Kota Cirebon, Kamis (10/11/2023). “Kami sudah meminta kepada lurah dan camat untuk memberikan sosialisasi terhadap pencegahan monkeypox atau cacar monyet ini,” tutur Agus. Baik camat, lurah, dan puskesmas diminta untuk memberikan edukasi kepada masyarakat gejala dan penanganan dari penyakit ini.
Pada kesempatan itu, Agus juga memerintahkan kepada RSUD Gunung Jati untuk menyiapkan ruang isolasi bagi warga Kota Cirebon yang terkena mpox. Ruang isolasi dibutuhkan terutama untuk warga yang rumahnya tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri.
Menyinggung satu warga Kota Cirebon yang terkena mpox, Agus menutur kondisinya saat ini sudah membaik. Tracing dan testing juga dilakukan terhadap mereka yang kontak erat dengan pasien.
Sementara itu, Kepala Bagian Pelayanan RSD Gunungjati, dr. To’at Maruf menjelaskan kondisi pasien yang terinfeksi mpox sudah membaik dan menjalani isolasi di RSD Gunung Jati. “Bahkan sudah minta pulang,” tutur To’at. Pasien mpox harus menjalani isolasi selama 21 hari terhitung sejak gejalanya ada. RSD Gunung Jati juga menyiapkan ruang isolasi dengan kapasitas untuk 12 orang.
Penularan mpox terjadi melalui kontak langsung dengan hewan ataupun manusia yang terinfeksi, melalui benda yang terkontaminasi oleh virus tersebut, ibu hamil yang terinfeksi mpox ke bayi yang dikandungnya, dan droplet. Sedangkan virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka/terbuka, saluran pernapasan, selaput lendir/mukosa (mata, hidung, atau mulut).
Untuk itu masyarakat diimbau untuk menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat kesembuhan pasien mpox pun tinggi sehingga masyarakat diimbau untuk tidak panik. (ADV/CIBA)