KOTA CIREBON.- Ribuan warga Kota Cirebon tumpah ruah melihat arak-arakan Festival Kepatihan 2025 yang digelar Kelurahan Pekalipan Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon, Sabtu 19 Juli 2025.
Masyarakat memadati sepanjang jalur arak-arakan yang memutar wilayah Kelurahan Pekalipan terutama di jalur protokolnya.
Arak-arakan diawali dari Jalan Kepatihan kemudian melintas Pulasaren, Merdeka, Talang, Pekiringan, Pekalipan, kemudian masuk Pulasaren dan Kembali ke Jalan Kapatihan.
Tampak masyarakat berduyun-duyun melihat arak-arakan yang dawali dengan melintasnya Kereta Paksinagaliman.
Kereta Kencana Paksi Nagaliman dinaiki Patih Kesultanan Kanoman, Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran.
Terlihat aura kereta Paksi Nagaliman cukup membuat masyarakat tertegun dengan keindahan ukiran yang dikawal puluhan abdi dalem Keraton Kanoman.
Warga terlihat berduyun-duyun ingin melihat Kereta Kencana Paksi Nagaliman yang dulu pernah dipersiapkan untuk Festival Keraton 2 Tahun 2007.
Arak-arakan dilanjutkan dengan penampilan 12 RW se Kelurahan Pakalipan dengan berbagai kreasi yang mengagumkan.
Festival Kepatihan juga menampilkan Kirab Agung, pawai budaya yang melibatkan seluruh RW di Kelurahan Pekalipan. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya sekaligus penguatan identitas kawasan Jalan Kepatihan.
Patih Kesultanan Kanoman, Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran, menyebut Kirab Agung merupakan bentuk revitalisasi budaya yang pernah hidup di kawasan tersebut. Ia menegaskan bahwa Jalan Kepatihan dulunya merupakan permukiman para patih Kesultanan Kanoman.
“Kirab Agung Festival Kepatihan 2025 adalah upaya menghidupkan kembali kultur Jalan Kepatihan, sebagai kawasan bersejarah yang sangat penting dalam tradisi Kesultanan Cirebon,” ungkap Patih Qodiran.
Menurutnya, antusiasme warga menjadi bukti bahwa budaya Cirebon masih memiliki daya hidup yang kuat dan mampu menyatukan masyarakat lintas generasi.
Salah satu ikon paling mencolok dalam acara ini adalah kehadiran Kereta Paksi Naga Liman, kendaraan simbolik yang hanya digunakan oleh Sultan dan Patih. Kereta tersebut memiliki makna filosofis mendalam karena memadukan tiga unsur kekuatan alam: Paksi (burung – udara), Naga (laut – air), dan Liman (gajah – daratan).
“Simbol ini merepresentasikan kekuatan semesta dan menunjukkan bahwa Cirebon adalah pusat budaya yang kaya akan filosofi,” terang Patih Qodiran.
Lurah Pekalipan, Mimin Minarsih, menjelaskan bahwa Festival Kepatihan 2025 sengaja digelar bersamaan dengan Hari Jadi ke-598 Kota Cirebon agar semakin meriah dan berdampak luas. Ia juga mengaku terkejut dengan tingginya partisipasi masyarakat.
“Target kami awalnya hanya 1.500 peserta, tapi ternyata lebih dari 2.000 warga ikut memeriahkan Kirab Agung,” ungkap Mimin.
Ia menambahkan, puncak Festival Kepatihan akan berlangsung pada malam hari melalui pertunjukan seni budaya serta pengumuman pemenang berbagai lomba yang telah digelar sebelumnya.
Mimin berharap Festival Kepatihan bisa menjadi agenda budaya tahunan di Kelurahan Pekalipan dan masuk dalam Calendar of Event resmi Kota Cirebon.
“Ini adalah bentuk nyata pelestarian budaya sekaligus ajang menggali potensi lokal yang luar biasa,” pungkasnya. (Arif/CIBA)