CIREBON, (CB).- Dinas Pendidikan (Disdik) mencatat, di tahun 2019 ini terdapat 435 ruang kelas yang tersebar di 80 SMP Negeri se-Kabupaten Cirebon dalam kondisi rusak.
Jumlah tersebut di antaranya 312 masuk pada kategori rusak ringan dan 123 rusak berat dari total 1.748 ruang kelas yang ada di wilayah kerja Disdik Kabupaten Cirebon.
Kepala Disdik Kabupaten Cirebon, Asdullah Anwar menyebutkan, kerusakan pada ratusan ruang kelas tersebut menjadi keprihatinan bersama. Lantaran, kata dia, ketidakseimbangan anggaran dengan jumlah kerusakan ruang kelas sangat jomplang.
“Tahun ini saja, kami hanya menerima anggaran yang dikucurkan dari APBN sekira Rp 13 miliar yang diperuntukkan bagi perbaikan 69 ruang kelas dari dana alokasi khusus (DAK). Sedangkan anggaran yang berasal dari APBD hanya sebesar Rp 535 juta untuk perbaikan 8 ruang kelas ditambah Rp 230 juta untuk perpustakaan,” kata Asdullah saat meninjau pascaambruknya dua ruangan bagian atap di SMPN 2 Plumbon, Rabu (2/10/2019).
Dengan datangnya tim dari Kemendikbud, kata Asdullah, tentunya menjadi momentum untuk bisa saling memberikan informasi langsung perihal data real di lapangan perihal kerusakan ratusan ruang kelas di Kabupaten Cirebon.
Dia menyebutkan, khusus untuk kondisi di SMPN 2 Plumbon memang sebelumnya sudah diajukan permohonan perbaikan ke Kemendikbud sebelum musibah ambruk di dua ruang kelas.
“Pengajuan perbaikan di SMPN 2 Plumbon sebenarnya telah dilayangkan sejak 2017 lalu namun tidak terealisasi. Kemudian di 2018 dan 2019 juga kami ajukan melalui Dapodik dan kembali belum direspon,” katanya.
Sehingga, kata Asdullah, peristiwa ambruknya bangunan di dua ruangan kelas saat jam mata pelajaran hingga menyebabkan korban luka berat tidak perlu saling menyalahkan.
Pihaknya pun berjanji akan bertanggungjawab baik pada upaya perbaikan hingga biaya pengobatan bagi para korban yang terdampak atas peristiwa tersebut.
“Untuk korban yang saat ini masih dirawat intensif ada 7 orang termasuk guru. Karena baik siswa dan gurunya ada yang mengalami retak tulang baik dibagian kepala, lengan dan kaki. Mereka tertimpa material berat saat kejadian sehingga harus dirawat lebih lanjut. Makanya jangan salahkan siapaun dan saya siap bertanggungjawab,” kata Asdullah.
Perihal puluhan siswa di dua kelas yang menjadi korban saat ini masih diliburkan hingga akhir pekan. Sambil menunggu proses pemulihan kesehatan baik psikis dan fisik korban yang masih dilakukan pengobatan, pihaknya juga masih memikirkan pengalihan ruang kelas dan teknis pembelajaran.
“Dari hasil rapat tadi, solusinya bisa membuat tenda darurat untuk proses belajar mengajar. Bisa juga dibagi dua termin sekolah pagi dan siang. Saya kira, insya Allah pekan depan sudah bisa kembali mendapat solusi alternatifnya,” kata Kadisdik.
Berdasarkan pengamatan, proses belajar mengajar di SMPN 2 Plumbon pascakejadian belum sepenuhnya berjalalan dengan maksimal. Meski ada sebagian sudah aktif baik kelas VII, VII dan IX tapi mereka lebih memilih belajar di luar ruangan karena memang seluruh ruangan masih dalam pemeriksaan tim dari Kementerian.
“Sedari pagi saya belajar di luar kelas. Kata bu guru, ruangannya sedang dicek oleh karena takut ambruk lagi,” kata Andri Budiana siswa kelas VII SMPN 2 Plumbon. (CB-06)