CirebonBagus.Id: Tidak sedikit lokasi yang ada di Cirebon memiliki cerita sejarah dan berpotensi menjadi tempat wisata. Oleh karena itu, sejumlah kawasan di Cirebon melakukan pembenahan.
Seperti yang di sentra Gerabah Desa Sitiwinangun Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon. Sebagian besar masyarakat di Desa Sitiwinangun adalah pengrajin gerabah.
“Dulu sebagian besar mata pencaharian warga kami dari gerabah bahkan ada 4 blok semuanya dari hasil kerajinan gerabah,” kata Kaur Kesra Desa Sitiwinangun Kabupaten Cirebon Wastani Bajuri, Jumat (23/11/2018).
Dia mengatakan, desa tersebut pernah memasuki puncak masa kejayaan dari kerajinan gerabah. Bahkan, desa ini pernah dikunjungi oleh mantan Wakil Presiden RI Adam Malik.
Di tahun 90 an, kerajinan Gerabah Desa Sitiwinangun memasuki masa kejayaan mereka. Tiap hari minimal 5 truk dikirim warga ke luar Cirebon seperti Jakarta dan Bandung.
“Jenis gerabahnya seperti alat saji perabotan rumah tangga seperti gentong dan lain-lain,” kata dia.
Dia menyebutkan, jenis gerabah yang menjadi khas di Desa Sitiwinangun adalah barongan. Dia menjelaskan, Gerabah Barongan atau Singa Barong terbuat dari tiga unsur yakni India, Arab dan China.
Pada tahun 90 an keatas, geliat kerajinan Gerabah Desa Sitiwinangun Cirebon mulai menurun. Penurunan produksi tersebut lantaran masuknya produk serupa yang terbuat dari bahan plastik.
“Sejak masuknya kerajinan berbahan plastik jumlah pengrajin antara 50 sampai 100 orang saja,” ujar dia.
Namun demikian, saat ini pihak pemerintah desa mulai membangkitkan kembali sentra kerajinan Gerabah. Wastani mengaku sudah menginventarisasi warga untuk kembali meneruskan semangat nenek moyang mereka dulu.
Pemerintah desa juga bekerjasama dengan pihak luar untuk memotivasi warganya. Warga desa khususnya anak muda diberi pelatihan membuat kerajinan gerabah hingga strategi pemasaran oleh PT Telkomsel.
“Kami juga bekerjasama dengan Keraton Kasepuhan tapi untuk yang generasi muda cenderung ke bidang seni dan artistik nya agar tidak bosan.” ujar dia.
Masa kebangkitan Desa Gerabah tersebut dimulai sejak tahun 2000. Pemerintah desa mulai bergerak mengumpulkan anak muda untuk diberi pembinaan dan pelatihan.
Dia mengaku, belakangan Desa Sitiwinangun mulai banyak dikunjungi wisatawan. Namun, sebagian besar pengunjung dalam rangka mempelajari sejarah dan proses kerajinan gerabah itu sendiri.
“Sekarang jadi wisata edukasi mas dan perlahan mudah-mudahan tidak hanya menjadi wisata edukasi,” ujar dia. (CB 03)