JAKARTA, (cirebonbagus.id).- Pengusaha dan pemerintah harus kompak serta bekerja sama dalam menjaga ekonomi di masa pandemi Covid-19. Kesadaran menjaga kekuatan ekonomi tetap kokoh harus menjadi pemikiran bersama.
Demikian diungkapkan Mantan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengadapi masa sulit Pendemi Covid-19, Jumat (12/6/2020).
Enggar mengatakan, kesulitan yang dihadapi masyarakat Indonesia juga dihadapi seluruh warga di dunia.
“Kami melihat ini sebuah tantangan yang lebih sulit keadaannya dibandingkan kesulitan ekonomi 1998 lalu. Bagaimanapun kesulitan ekonomi dirasakan hampir seluruh dunia sehingga tidak ada negara kuat yang mampu menolong bangsa lain,” ungkap Enggar melalui Handphone (HP)nya.
Enggar mengatakan, akibat pandemi ini banyak pembatasan yang dilakukan sehingga perdagangan sulit dilakukan antar bangsa. Kalaupun terjadi ada kemungkinan hanya barang tertentu dengan jumlah terbatas. Ketergantungan terhadap pasokan dari negara lain harus menjadi perhatian semua pihak. Pemerintah dan pengusaha harus bersinergi dalam hal ini.
“Pelajarannya, ketergantungan itu harus diminimalkan dengan menggenjot produksi dalam negeri, baik dari bahan baku hingga bahan jadinya. Sehingga secara ekonomi, kita bisa mandiri dan betul-betul kuat,” kata Enggar.
Dibanding banyak negara yang mengalami resesi, Indonesia saat ini masih cukup beruntung. Enggar mengatakan, sampai saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif. Belum negatif seperti yang dialami Amerika Serikat dan banyak negara lainnya.
Menurut dia, pemerintah mesti terus menjaga perputaran ekonomi di tingkat bawah. Salah satunya dengan menjaga pasar tradisional mengingat ekonomi rakyat sebagian besar digerakkan oleh pasar tradisional. Saat ini, dalam kondisi pandemi, pasar tradisional harus tetap berjalan tetapi dengan protokol kesehatan yang ketat.
Sementara pasar rakyat mau tidak mau harus tetap menjalankan prosedur tetap protokol kesehatan dalam aktivitas operasionalnya pada era new normal atau kelaziman baru.
Enggar mengatakan, beberapa negara, antara lain Laos dan Myanmar telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat dalam setiap kegiatan operasionalnya.
“Kita tidak bisa bicara siap atau tidak siap, tapi harus siap karena perputaran ekonomi yang paling bawah adalah pasar tradisional. Kalau bicara ekonomi rakyat, ya ada di situ, persoalannya bagaimana mengendalikan penerapan tersebut,” kata tandasnya. (CIBA-03/Rilis)