Kampanye Berkebaya sebagai Warisan Hidup Perempuan Indonesia di HUT Kota Cirebon

ARAHPANTURA, Cirebon – Semarak peringatan Hari Jadi ke-598 Kota Cirebon semakin meriah dengan gelaran Pesona Cirebon Berkebaya yang digelar oleh Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Cirebon, berkebaya menjadi simbol kuat pelestarian budaya melalui busana tradisional khas Nusantara.

Kegiatan ini menggabungkan fashion show kebaya, pertunjukan seni kolaboratif, serta pameran UMKM lokal, yang seluruhnya bertujuan menghidupkan kembali kebaya sebagai identitas perempuan Indonesia yang anggun, fleksibel, dan penuh makna.

Kebaya Tak Hanya untuk Seremoni

Ketua PBI Cirebon, Garnis Mutiara Savira, menyampaikan bahwa tujuan utama dari kegiatan ini adalah mendorong kebaya menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari perempuan Indonesia, bukan hanya dikenakan saat acara resmi.

“Kami ingin memecah anggapan bahwa kebaya hanya cocok untuk acara formal. Justru kebaya bisa tampil anggun untuk rapat, arisan, hingga kegiatan komunitas,” jelas Garnis.

PBI Cirebon sendiri kini memiliki lebih dari 100 anggota aktif, dan terus membuka pendaftaran keanggotaan baru, termasuk lewat media sosial mereka di Instagram.

Tarian Kolaboratif, Duta Rara, dan UMKM Lokal

Acara Pesona Cirebon Berkebaya menampilkan beragam atraksi budaya, mulai dari formasi tari massal (forflow) yang diiringi Mars PBI, hingga penampilan spesial dari finalis Duta Rara Kota Cirebon 2025. Peragaan busana oleh pelaku UMKM lokal turut memperlihatkan variasi kebaya kreasi khas Cirebon yang menawan dan modern.

Dengan sentuhan tradisi dan inovasi, acara ini berhasil memikat perhatian masyarakat, khususnya pencinta budaya, fashion tradisional, dan pemerhati warisan leluhur.

Cirebon sebagai Kota Budaya yang Bersinar

Lebih lanjut, Garnis meyakini bahwa Cirebon punya potensi besar sebagai pusat budaya di Indonesia. Ia berharap kebaya bisa menjadi simbol kebangkitan nilai-nilai tradisi yang selaras dengan perkembangan zaman.

“Kita punya keraton, batik, kuliner, dan tentu saja kebaya. Cirebon harus percaya diri untuk bersaing dengan kota budaya lain seperti Yogyakarta. Kita punya ciri khas tersendiri,” tegasnya.

Dengan semangat pelestarian, kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang fashion, tapi juga kampanye budaya hidup—bahwa warisan leluhur seperti kebaya tetap relevan, membanggakan, dan layak dikenakan di masa kini hingga nanti.**

Artikel ini tayang juga di ArahPantura.id

Exit mobile version