SUBANG – Belajar dari pengalaman pahit tahun 2016/2017, petani di Kabupaten Subang khudusnya Desa Kertajaya, Kecamatan Tambakdahan melakukan gerakan pengendalian (Gerdal) Organisne Pengganggu Tumbuhan (OPT) dilahan sawah seluas 123 ha pada usia tanam padi 35-40 hari setelah tanam.
“Gotong royong, ada 15 orang untuk basmi WBC di sawah,” kata Waruyanto, Ketua Kelompok Tani Tugu Taruna saat dimintai keterangan Selasa (21/8) di Subang.
Serangan hama wereng batang coklat (wbc) jika tidak diantisipasi sejak dini maka akan tambah parah dengan muncul dan menyebarnya penyakit kerdil. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang dibawa oleh wereng cokelat.
“Kami sangat mengapresiasi upaya gotong royong petani di desa Kertajaya, Subang ini,” kata Banun Harpini, Kepala Badan Karantina Pertanian selaku Ketua Penanggung Jawab Upsus Jawa Barat saat menerima laporan dari Ketua Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Subang, Suherman pada hari ini Selasa (21/8). Menurutnya petani di desa ini sigap dan mau bekerjasama dalam melakukan program Kementerian Pertanian, khususnya dalam mengantisipasi kegagalan panen.
Banun menjelaskan, selain tim pendampingan petani di musim kering saat ini, Kementerian Pertanian juga mendirikan posko-posko yang di kelola UPTD untuk memudahkan koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait dan TNI dalam penanggulangan wabah hama dan kekeringan.
Dari data yang dilansir tanggal 14/8 oleh Dinas Tanaman Panvan dan Hortikultura, Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat, laporan kekeringan khususnya di Kabupaten Subang yang akan mencapai puncaknya di bulan Agustus dan September 2018 ini, terdapat 233 ha alami kekeringan ringan, 49 ha sedang dan 1 ha berat dan 2.221 ha yang terancam terdampak musim kering. Data ini merupakan data luasan lahan dari 7 kecamatan masing-masing Pagaden, Pagaden Barat, Dawuan, Sagalaherang, Serang Panjang, Cijambe dan Kasomalang, Kabupaten Subang.
Selain musim kering yang sesuai instruksi Menteri Pertanian, Amran Sulaiman yang meminta seluruh jajaran pejabatnya untuk terjun langsung mengantisipasi secara masif, pengendalian hama juga jadi prioritas. Wereng dan penyakit kerdil, menyebabkan penurunan produksi hingga setengahnya bahkan banyak yang tidak panen sama sekali. “Gerdal hama secara gotong royong bakal jadi andalan petani halau hama, terlebih Kabupaten Subang merupakan sentra padi ketan, jenis variestas yang digemari wereng,” kata Suherman.
Para petani baik dikelompok Tugu Taruna maupun di kelompok tani Sagara Desa dalam lakukan gerdal menggunakan pestisida basa dan ap dengan perlengkapan berupa handsprayer dan tasco. “Alhamdulilah padinya bagus dan udah tanam semua, 100 persen dari 4.715 ha, ” lapor Waruyanto. Dan dari pantauan UPTD, masih didapat luasan sawah kurang lebih 150 ha yang telah ditanam di luar data kecamatan, tepatnya di lokasinya di bantaran kali Gadung.
Varietas Ciherang dengan kombinasi ketan menjadi andalan petani, namun menurut Banun hal ini perlu diubah karena varietas tersebut sudah tidak tahan hama. “Tidak lelah, akan terus kami dorong untuk segera beralih ke varietas unggulan dan menerapkan teknologi dari Kementerian Pertanian agar petani dapat terus meningkat kesejahteraannya,” tutup Banun.(CB02)