CIREBON, (cirebonbagus.id).-
Keraton Kanoman Cirebon mempunyai cara sendiri dalam merawat gong sekati dan seperangkat gamelan peninggalan Syekh Syarif Hidayatullah atau biasa dikenal Sunan GunungĀ Jati.
Tradisi yang dilakukan secara turun temurun dari Kesultanan Kanoman Cirebon itu, biasa dilakukan setiap 7 Maulud atau Rabiul Awal. Ritual tersebut dipimpin Patih Keraton Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran.
Dalam ritual acara nyiram gong sekati, gamelan yang disimpan di Bangsal Ukiran Keraton Kanoman, dibawa menuju ke Langgar untuk dilakukan pencucian menggunakan air sumur.
Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran mengatakan, ritual tersebut dilakukan oleh pinangeran, nayaga, dan abdi dalem. Gong Sekati sendiri diketahui berumur ratusan tahun.
“Umur seperangkat gamelan dan gong sekati tersebut sudah lebih dari 500 tahun atau sudah ada sejak zaman Pangeran Cakrabuana atau Pangeran Walngsungsang yang merupakan anak dari Prabu Siliwangi,” katanya baru-baru ini.
Cara perawatan
Patih Qodiran mengatakan, perawatan gamelan gong sekati itu dicuci menggunakan air sumur serta dibersihkan mengunakan bubuk batu bata merah dan serabut kelapa. Hal tersebutĀ dipercaya, kalau dicuci menggunakan bubuk batu bata merah, tidak akan mengubah bentuk atau pun suara.
“Untuk gong sekati bersama perangkat gamelannya tersebut dicuci dengan menggunakan air kembang, sehingga wangi. Pencucian menggunakan bubuk bata merah dan serabut kelapa tujuannya supaya suara nada tetap terjaga karena umurnya sudah ratusan tahun sehingga kita harus merawatnya,” katanya.
Qodiran menambahkan, beberapa gamelan seperti gong mengalami kerusakan di bagian sisinya. Ia menjelaskan, hal tersebut terjadi karena alat musik itu sudah berusia ratusan tahun dan belum pernah diperbaiki.
Ia pun berharap, tradisi tersebut dapat terus dilaksanakan setiap tahunnya, meskipun tahun ini berbarengan pandemi Covid-19. Dengan menerapkan protokol kesehatan, tradisi dari para pendahulu Kesultanan Kanoman Cirebon tetap terjaga.
“Walau rusak, harus tetap dipertahankan karena itu adalah kearifan lokal yang menunjukkan kepada kerabat famili atau warga sekitar kalau gamelan ini masih ada,” katanya. (CIBA-07)