CIREBON, (cirebonbagus.id).- Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PCNU Kabupaten Cirebon, terus mengelorakan festival kesenian berupa “Njujug Tajug”.
Belum lama ini, festival tersebut digelar di Desa Kedungsana, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon. Dalam kegiatan tersebut, berbagai macam kesenian lokal digelar dan disaksikan oleh masyarakat tak hanya dari desa ini.
Sekretaris Lesbumi PCNU Kabupaten Cirebon, Agung Firmansyah mengatakan, kegiatan “Njujug Tajug” ini memang bertujuan untuk memberikan ruang, kepada seni budaya lokal yang hampir punah.
“Salah satunya adalah gong renteng ini. Dalam kegiatan festival seni yang berpusat di sejumlah Tajug (masjid/musala) ini, kesenian dan budaya lokal diberikan tempat yang istimewa,” kata Agung, Senin (3/2/2020).
Menurutnya, ruang dalam “Njujug Tajug” ini, harus dimanfaatkan oleh pelaku seni dan budaya lokal, untuk bisa mengenalkan kepada masyarakat. “Sehingga masyarakat paham dan turut melestarikan,” katanya.
Agung mengaku, efek positif dari melestarikan seni dan budaya lokal sangat banyak. Salah satunya, bisa menyatukan warga. Hal tersebut bisa dilihat, saat pementasan kesenian berlangsung. Menurut Agung, masyarakat dari berbagai golongan bercampur baur tanpa ada batas strata sosial di dalamnya.
Dalam festival kesenian “Njujug Tajug” ini, telah dimeriahkan pula dengan pementasan Gong Renteng yang merupakan kesenian asli desa setempat.
Kuwu Kedungsana, Sudianto mengatakan, kesenian Gong Renteng merupakan warisan dari leluhur di desanya sejak tahun 1.500 masehi lalu. Gong Renteng yang berasal dari daerahnya, disebut Gong Renteng Ki Muntili.
Gong ini, menurutnya, bukan hanya sebagai karya seni, tapi juga bisa dijadikan sebagai pemersatu masyarakat.
“Karena akhirnya banyak warga yang saling kenal dan bersilaturahmi, setelah belajar gong ini,” ujar Sudianto.
Pada tahun 2012 saat dirinya baru menjabat sebagai Kuwu Kedungsana, Sudianto mulai mengajak warganya untuk berlatih gong renteng.
Ternyata antusiasme masyarakat cukup bagus. Saat ini, terdapat sekitar 50 orang yang bergabung di Sanggar Gong Renteng Ki Muntili. Mereka terdiri dari siswa SD, SMP, SMA dan Karangtaruna.
Sudianto menjelaskan, pihaknya juga tidak menarik biaya, bagi siapa saja yang mau bergabung dan berlatih memainkan gong renteng. Setiap minggunya, mereka menggelar tiga kali latihan.
“Latihannya malam Rabu, malam Sabtu dan Minggu pagi. Semuanya gratis,” kata Sudianto. (CIBA-05)