CIREBON, (cirebonbagus.id).- Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PCNU Kabupaten Cirebon, berupaya terus melestarikan kesenian-kesenian Cirebon yang hampir punah melalui kegiatan “Njujug Tajug”.
Acara “Njujug Tajug” sendiri digelar sudah yang ketiga kalinya oleh lembaga ini. Pada kesempatan kegiatan ketiga tersebut, diselenggarakan di Desa Mundu Pesisir Blok Karang Gelindingan 2, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, belum lama ini.
“Banyak kesenian Cirebon yang hampir punah dan sudah tidak dikenal oleh masyarakat kita tampilkan dalam ‘njujug tajug’ ini. Kami mencoba melestarikan kesenian tersebut dan kembali mengenalkannya kepada masyarakat,” kata Sekretaris Lesbumi PCNU Kabupaten Cirebon, Agung Firmansyah.
Beberapa kesenian lokal Cirebon yang ditampilkan dalam “Njujug Tajug” kali ini, kata dia, yaitu Cokek, Ronggeng Bugis, Lais dan Sintren. Ia juga menyampaikan, sebenarnya banyak pesan yang terkandung dalam kesenian tersebut. Namun sayangnya, masyarakat tidak memahaminya.
“Seperti halnya Ronggeng Bugis. Tari yang dipentaskan oleh penari laki-laki dengan pakaian perempuan itu, sebenarnya adalah tarian telik sandi atau penyamaran,” ujar Agung.
Tari tersebut, lanjut dia, diciptakan pada zaman Sunan Gunung Jati, untuk lebih mempermudah memata-matai musuh pada masa itu. “Dalam tari itu juga, terkandung nilai nasionalisme, karena tercipta untuk menciptakan dan mempertahankan kedaulatan negara,” ujar Agung.
Ketua Majlis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan Mundu, R. Moh. Albanna menyambut baik kegiatan “Njujug Tajug” yang digelar Lesbumi tersebut. Ia juga membenarkan, bahwa kesenian yang dipentaskan pada kegiatan ini, merupakan kesenian warisan para pendahulu.
“Banyak nilai luhur yang bisa diambil dari kesenian-kesenian yang ditampilkan. Karena, kesenian bisa menyatukan keragaman yang ada. Sehingga, kita ambil tema ‘Njujug Tajug’ kali ini, yaitu ‘Perbedaan Itu Indah dan Toleransi itu Ibadah’,” katanya.
Kegiatan “Njujug Tajug” juga, kata dia, sekaligus kembali mengenalkan kesenian lokal, warisan para leluhur yang saat ini banyak ditinggalkan masyarakat. Sehingga kegiatan ini bisa kembali mengingatkan kepada masyarakat, terhadap kesenian-kesenian yang hampir punah itu.
“Selain kembali mengenalkan kepada masyarakat, kita berharap juga, masyarakat bisa mengambil nilai-nilai luhur yang ada pada kesenian itu,” katanya.
Sementara itu, salah seorang warga setempat, Sawud mengaku senang dengan adanya kegiatan yang digelar Lesbumi. Sebab, selain bisa memberikan hiburan kepada masyarakat, juga membuat masyarakat kembali mengenal kesenian lokal yang hampir punah.
“Banyak yang baru tahu, ada kesenian seperti itu, setelah ada kegiatan ini. Selain itu, masyarakat akhirnya paham, nilai-nilai positif yang sebenarnya terkandung dalam kesenian tersebut. Sehingga, banyak sekali manfaat dari adanya kegiatan ini,” ungkap Sawud. (CIBA-05)