CIREBON- Masyarakat Indonesia masih rendah memiliki budaya dan kebiasaan menanan pohon dalam mendukung penghijauan. Penghijauan dibutuhkan untuk meningkatkan jumlah oksigen serta resapan air.
Demikian diungkapkan Ketua Komunitas Pohon Indonesia (KPI) Kota Cirebon, Abdullah Syukur menanggapi penghijauan. Rendahnya budaya menanam pohon menjadikan beberapa wilayah menjadi panas karena global warming serta timbulnya bencana.
“Padahal, pembangunan pesat di kawasan perkotaan menyebabkan oksigen berkurang tapi masyarakat cenderung kurang memahami manfaat menanam pohon. Mereka rata-rata tak menyadari, pohon maupun tanaman lain menghasilkan oksigen yang dibutuhkan,” ungkap Syukur, kemarin.
Syukur menambahkan manusia membutuhkan sekitar 0,5 kilogram oksigen setiap hari. Jika dikalikan dengan jumlah penduduk yang banyak tentu dibutuhkan jutaan kilogram oksigen. Kebutuhan terus meningkat seiring jumlah penduduk yang banyak dan terjadi polusi.
“Banyak solusi yang dapat dilakukan yakni dengan menanam pohon keras yang menghasilkan oksigen besar seperti trembesi dan bambu,” kata Syukur
Trembesi dan bambu, katanya, merupakan penghasil oksigen terbesar. Dia menyebutkan, satu pohon trembesi atau bambu mampu memproduksi oksigen 1,2 kilogram/hari. Dengan kata lain, satu pohon dapat member oksigen bagi dua orang setiap harinya. Sekalipun dibutuhkan, produksi oksigen menghadapi tantangan berupa rendahnya kesadaran masyarakat untuk menanam pohon. Tantangan itu, lanjutnya, semakin berat kala menilik pesatnya pembangunan di kawasan perkotaan, khususnya Kota Cirebon sendiri.
Pihaknya sendiri berupaya menggalakkan budaya menanam pohon. Menurutnya, untuk mengatasi keterbatasan lahan, masyarakat dapat memanfaatkan lahan-lahan tanggung, menanam tanaman gantung, memanfaatkan material bekas seperti botol atau pipa sebagai media tanam, dan lainnya.
“Sempadan sungai misalnya, bisa dimanfaatkan untuk menanam bambu. Namun, untuk ini semua harus ada edukasi, sosialisasi, pelatihan, dan pembinaan, kepada publik luas,” janjinya. (CB01)