CIREBON, (cirebonbagus.id).- Masyarakat tidak perlu khawatir proses penanganan pemulasaran jenazah Covid-19. Dengan Catatan tetap mematuhi protokol kesehatan menggunakan APD level satu masker dan sarung tangan serta tidak membuka peti.
Ketua Bidang Relawan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Cirebon, Iwan Ridwan Hardiawan, memaparkan proses pemulasaran jenazah yang terkonfirmasi positif Covid-19. Prosedurnya, kewajiban tim Rumah sakit (RS) itu pemulasaran sampai mengantarkan ke titik terdekat kuburan.
Dari titik terdekat kuburan petugas menggotong, menguburkan kemudian mengamankan itu ada di tim pemakaman yang di bawah koordinasi bidang relawan.
“Ketika misal ada orang isolasi mandiri meninggal di rumah, tugas evakuasinya ada di dinas kesehatan,dan IPC nya, IPC di bawa ke RS kemudian diantarkan ke titik terdekat kuburan. Dari titik kuburan, petugas yang berperan tim pemakaman,” tuturnya saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (4/12/2020)
Sikap yang diambil Pemerintah Kabupaten Cirebon tentu dengan tetap menerapkan protokol kesehatan untuk menghindari kejadian-kejadian seperti masa lalu, ada dugaan tidak dipulasaran sesuai syariat Islam dan lain – lain.
Sebetulnya sekarang RS sudah memperbolehkan pihak keluarganya untuk ikut pemulasaran, perwakilannya. Tentu dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. “Artinya boleh ikut memandikan boleh atau menyaksikan juga boleh,” paparnya.
Bahkan setelah itu, Lanjut Iwan, diperbolehkan menyolatkan di tempat makam. Termasuk yang gotong, yang menggali pada saat sekarang tidak harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap.
“Cukup dengan APD level satu masker dan dan sarung tangan sudah aman dengan catatan tidak dibuka peti,” ujarnya.
Terkait dengan adanya kendala, Iwan mengatakan, yang menjadi masalah yaitu keyakinan masyarakat bahwa memakamkan dengan hanya menggunakan APD level satu masih belum yakin.
“Sehingga ada di beberapa tempat proses pemakaman masih dilakukan dari pihak tim RS, sementara SOP yang diatur Kemenkes hanya sampai titik terdekat pemakaman,” katanya.
“Ketika ini terjadi terus menerus yang memakamkan tim RS pasti kewalahan, karena dalam sehari pernah terjadi kasus ada tujuh kematian sehingga tim RS kewalahan,” jelasnya.
Iwan menambahkan, jadi kalau mereka saja yang menangani ini khawatir, proses pemakaman akan ada kendala.
“Kita membentuk tim pemakaman yang isinya menggotong keranda delapan orang, gali kubur tiga orang, memimpin doa satu orang , tim pengamanan sembilan orang dan ketua tim dari kecamatan,” pungkas Iwan. (Effendi/CIBA)