CIREBON,(cirebonbagus.id).- Seminggu sebelum Tahun Baru Imlek dalam tradisi masyarakat Tionghoa di gelar meja sembahyangan yang terdapat berisi dengan berbagai aneka masakan dan buah buahan.
Di atas meja tersebut biasanya ada foto dari leluhur mereka dan ada 2 (dua) batang tebu yang di tempatkan kiri dan kanan, dua batang tebu itu harus berdiri tegak.
Jeremy Huang Wijaya budayawan masyarakat Tionghoa Cirebon menjelaskan, setiap aneka makanan/masakan serta buah memiliki lambang kehidupan dan arti.
Ia mencontohkan dua batang tebu jika salah satu tebu tersebut ada yang jatuh hal itu di yakini memiliki arti.”Misal jika batang tebu yang kanan jatuh artinya ada anggota keluarga yang pria yang akan meninggal, sedangkan batang tebu yang kiri jatuh berarti ada anggota keluarga yang meninggal,” ungkapnya kepada cirebonbagus.id, Rabu (12/1/2022)
Selain itu batang tebu di meja sembahyang memiliki arti semakin panjang batang tebu itu, maka umur kehidupan juga kian panjang. Dalam bahasa Mandarin, filosofi tersebut dikenal dengan sebutan Ciek Ciek Shiang Shiang, yang artinya setiap ruas yang ada pada tebu melambangkan tahapan di kehidupan manusia.
Adapun aneka makanan/masakan di meja sembahyang sebelum malam Imlek Jeremy menyebutkan, diantaranya ada nasi ditempatkan di mangkuk kecil sesuai dengan jumlah foto dari leluhur yang di pasang di meja sembahyang, “jika foto leluhur ada 10 orang, maka mangkuknya ada sepuluh. Nasi melambangkan air karena warnanya putih,”jelasnya.
Kemudian Ikan Bandeng atau Gurami, ikan tersebut di hubungkan sebagai perlambang rejeki karena dalam logat mandarin, kata ikan sama bunyinya dengan kata Yu yang berarti rejeki (memiliki harapan supaya setiap tahun ada lebihnya uang atau rejeki).
Selanjutnya kata dia, menyajikan mie di meja sembahyangan memiliki arti harapan untuk panjang umur. Kemudian sajian ayam atau bebek menjadi simbol udara yang memiliki arti kesetiaan dan ketaatan.
“Sajian ayam atau bebek selalu hadir saat Imlek, disajikan secara utuh dengan harapan keluarga yang memakannya akan menjadi keluarga yang utuh dan bahagia selalu,”ungkapnya.
Kemudian masih kata Jeremy, telor yang dimasak dengan kecap asin dan teh. sajian yang paling khas ini juga nggak pernah absen saat Imlek. Teh telur ini dipercaya akan mendatangkan kesuburan.
Lebih jauh ia menyebutkan, kue mangkok warna merah dalam perayaan Imlek ini akan berdampingan dengan kue keranjang. Kue mangkok warna merah melambangkan rezeki yang akan selalu mekar sepanjang tahun.
Diharapkan tahun baru akan memberikan rezeki baru yang berlimpah dan tak terputus sepanjang tahun. Selain kue mangkok masih ada kue-kue Imlek lain yang ikut meramaikan Imlek.
Sambung Jeremy, kue Keranjang atau nama mandarinnya Nian Gao selalu ada di meja sembahyang malam menjelang imlek. Kue keranjang atau Nian Gao, kata Nian sendiri berati tahun dan Gao berarti kue dan juga terdengar seperti kata tinggi, oleh sebab itu kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat.
“Makin ke atas makin mengecil kue yang disusun itu, yang memberikan makna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkuk berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkuk,” ulasnya.
Ia menambahkan, dalam tradisi sembahyangan hadir juga Kue Lapis legit sama seperti kue mangkok dan kue keranjang, lapis legit melambangkan rejeki yang belimpah. Lapis legit ini diharapkan bisa memberikan rejeki berlapis-lapis di tahun baru.
Selain itu warna buah-buahan yang disajikan di meja sembahyang harus mewakili 5 unsur yaitu Air, api, tanah, kayu dan logam.
“Warna merah melambangkan api, coklat melambangkan tanah, putih atau hitam melambangkan air, hijau melambangkan kayu, kuning melambangkan logam,” pungkasnya.(Effendi/CIBA)