CIREBON, (cirebonbagus.id).-
Peredaran barang haram jenis narkotika di wilayah kerja BNN Cirebon yang meliputi Kota/Kabupaten Cirebon dan Indramayu dinilai menurun.
Namun demikian, trend dari para pengguna saat ini sudah mulai beralih ke obat-obatan illegal atau obat sediaan farmasi tanpa izin edar. Bergesernya penyalahgunaan barang haram itu disinyalir karena obat-obatan ilegal lebih murah.
Kepala BNN Cirebon, Ajun Komisaris Besar Yaya Satya mengatakan, hasil pengamatan dan penelusuran bahwa pemakai narkoba dari segi jumlah tidak terlalu banyak. Fenomena tersebut disebabkan karena selain harganya murah juga kebiasaan pengguna sendiri lebih memilih situasi yang lebih fleksibel.
“Trennya itu karena mereka mungkin lebih memilih suasana tenang ketimbang bisingnya hiburan malam. Bisa juga kalau pakai sabu atau apa kan mahal. Jadi sudah bergeser dari hiburan malam ke hal yang lebih kondusif, di tempat tenang,” ujar Yaya Satya usai mengikuti acara deklarasi janji kinerja dan pencanangan pembangunan zona integritas Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) tahun 2020 Lembaga Pemasyarakatan narkotika kelas II A Cirebon dan Rumah Tahanan Negara kelas I Cirebon, Rabu (5/2/2020).
Dia menjelaskan, begitupun dengan penggunaan bahan memabukkan lainnnya. Seperti lem dan pembalut wanita, sudah mulai berkurang.
Oleh karenanya, sambung Yaya, pihaknya bersama dengan Polresta Cirebon, Polres Cirebon Kota dan Polres Indramayu sedang berupaya menekan peredaran obat-obatan ilegal.
“Kalau obat-obatan itu bukan masuk ke dalam narkotika, tapi ke psikotropika. Dan peredarannya sedang kita tekan seminimal mungkin,” kata dia.
Yaya menjelaskan, berdasarkan data yang ada, sumber obat-obatan ilegal itu berasal dari luar daerah. Contoh kasus yang terjadi diketahui barang tersebut asalnya dari Banyumas. Hal itu diketahui dari pengedar 1 juta butir PCC yang tertangkap di Tasikmalaya. Sedianya, obat ilegal tersebut akan dikirim ke Kalimantan. Dan Cirebon juga termasuk yang akan dikirim, tapi pelakunya lebih dulu tertangkap.
“Untuk di wilayah cirebon sendiri belum masuk karena waktu ada order ke sana tapi keburu ke tangkep di tasikmalaya. Termasuk ganja 10 kg yang ditangkap di Bandung itu mau masuk ke Cirebon, itu enggak jadi karena keburu ke tangkep,” katanya.
Untuk menekan peredaran obat ilegal, kata dia, BNN Cirebon menjalin kerja sama dengan Farmasi besar guna mendapatkan data apotik-apotik nakal yang menjual obat-obatan ilegal.
Pihaknya menggandeng pemerintan baik di Kabupaten dan Kota Cirebon saat ini sedang mengawasi beberapa apotek yang diduga menjual obat-obatan tersebut. Mereka tidak menjualnya di apotek, tapi dijual dengan cara obat dibawa keluar apotek.
“Ada sih beberapa apotek yang sedang kita awasi, tapi belum bisa saya katakan nanti keburu lari orangnya, ada di kabupaten dan kota,” ungkapnya.
Dia menargetkan pengungkapannya dalam waktu secepatnya. Karena BNN Cirebon juga ingin menciptakan Kabupaten dan Kota Cirebon lepas dari narkoba dan obat ilegal yang fungsinya hampir sama dengan narkoba. (CIBA-06)