CIREBON, (cirebonbagus.id).- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, menyebutkan, kekeringan akibat musim kemarau panjang masih terjadi.
Bahkan kondisi di Kabupaten Cirebon pun dampak kekeringan semakin meluas, meskipun saat ini sudah memasuki musim penghujan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon, Dadang Suhendra mengatakan, pihaknya mencatat bahwa kekeringan yang mengakibatkan air bersih berkurang berdampak pada 51 desa dari 14 kecamatan.
“Ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan tahun lalu. Bahkan empat kali lipat lebih banyak,” kata Dadang ditemui di kantornya, Selasa (26/11/2019).
Dadang menyebutkan, 14 kecamatan yang terdampak bencana kekeringan tersebut di antaranya, Kecamatan Kapetakan, Gunungjati, Suranenggala, Greged, Beber, Gegesik, Kaliwedi, Slangit, Suranenggala, Talun, Ciwaringin, Mundu, dan Jamblang.
Dadang mengatakan, seluruh warga di wilayah yang kesulitan air bersih mendapatkan pasokan air bersih lebih dari dua kali pengiriman dalam satu pekan.
“Paling banyak saat ini di wilayah utara dan daerah atas seperti Greged dan Beber. Semuanya saat ini memang kondisinya sudah parah saat musim kemarau ini,” katanya.
Dadang mengatakan, penyebabnya yakni hujan yang mengguyur Kabupaten Cirebon tidak merata. Sehingga tidak belum membebaskan warga dari kekeringan. “Ini kan musim pancaroba peralihan, intesitas juga belum tinggi,” katanya.
Hujan yang beberapa kali mengguyur sebagian wilayah Kabupaten Cirebon pun, kata dia, berintesitas ringan dan berlangsung kurang dari 30 menit.
Hasil pemetaan yang dilakukan oleh Tim Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cirebon, krisis air bersih terjadi mulai Juni dan Juli 2019, berbeda dengan tahun lalu yang terjadi antara Agustus dan September.
Bencana kekeringan akibat musim kemarau panjang masih terjadi di Kabupaten Cirebon, salah satunya di Blok Sampiran, Desa Sampiran, Kecamatan Talun.
Di Blok Sampiran, untuk mendapatkan air bersih warga memanfaatkan sumur pantek yang dibangun oleh pemerintah setempat, sumur tersebut berada di tengah permukiman penduduk.
Setiap pagi warga di Desa Blok Sampiran berdatangan ke lokasi sumur pantek untuk mendapatkan air bersih, warga yang datang ke lokasi tersebut membawa sejumlah jeriken air.
Setibanya di lokasi sumur pantek, jeriken-jeriken tersebut pun kemudian dijajarkan tepat di depan pintu sumur yang di dalamnya juga, terdapat fasilitas mandi cuci kakus (MCK) umum.
Setelah menyimpan jeriken untuk diisi air, warga pun kemudian lokasi sumur pantek dan akan kembali pada waktu sore hari, lantaran pengisian jeriken dilakukan oleh petuga yang ditunjuk langsung oleh pemerintah desa.
Selain memanfaatkan fasilitas sumur pantek, warga pun memanfaatkan bantuan air bersih yang sering dipasok oleh pemerintah daerah, kepolisian, atau pun instansi lainnya.
Murdiyati (59 tahun), warga Blok Sampiran, mengatakan, sumur yang berada di rumahnya sudah dalam kondisi surut, sehingga tidak mengeluarkan air dan terpaksa memanfaatkan fasilitas air dari sumur pantek atau pendistribusian air gratis. “Sudah lebih dari lima bulan tidak ada air, harus antri di sumur. Terus kalau bantuan bersih kan tidak tentu,” katanya.(CIBA-06)