CIREBONBAGUS.Id – Ribuan warga tampak memadati kompleks Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Rabu (21/11/2018) malam.
Mereka menyaksikan Panjang Jimat atau acara puncak dalam peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Sebelum ritual panjang jimat dimulai, wilayah Keraton Kasepuhan sempat diguyur hujan cukup deras. Namun, saat prosesi tersebut dimulai hujan tiba-tiba berhenti.
Dalam ritual panjang jimat, satu-persatu abdi dalem Keraton Kasepuhan keluar dari Bangsal Prabayaksa.
Sultan Keraton Kasepuhan, PRA Arief Natadiningrat SE menjelaskan ada enam belas iring-iringan dan prosesi yang membawa berbagai benda yang disimpan di atas panjang (piring pusaka) dan memiliki makna filosofis.
“Lilin yang terdapat dalam iring-iringan pertama menggambarkan bahwa lahirnya Nabi Muhammad terjadi pada malam hari,” jelasnya.
Selain itu kata PRA Arief lilin yang dibawa juga menggambarkan kesiapan Abdul Muthalib dalam mencari semacam bidan untuk membantu persalinan (kelahiran Nabi).
“Semua iring-iringan memiliki nilai filosofis, sampai pada pembacaan Kitab Barjanji (sejarah kelahiran Nabi),” tambahnya.
Sementara Penjabat Wali Kota Cirebon, Dr. H. Dedi Taufik M. Si mengapresiasi kegiatan Panjang Jimat yang digelar di Keraton Kasepuhan pada Rabu 21 November 2018.
Pada kesempatan itu Dedi menyatakan pelaksanaan tradisi Panjang Jimat turut mendorong pengembangan wisata religi di Kota Cirebon.
“Panjang Jimat juga memiliki fungsi pencerahan pendidikan moral yang sesuai dengan visi Pemprov Jabar, yakni Juara Lahir dan Batin,” katanya.
Dedi menuturkan tradisi Panjang Jimat merupakan momentum penting dalam tradisi budaya Cirebon yang telah dilakukan sejak ratusan tahun lalu.
“Ada andil besar para tokoh Cirebon dalam perjuangan membangun Jawa Barat dan berdirinya NKRI,” tuturnya.
Dedi mengungkapkan tradisi Panjang Jimat juga mengandung simbol dan nilai perwujudan bernafaskan Islam yang harus tetap terpelihara.
“Bagi masyarakat Cirebon sudah selayaknya menjaga dan melestarikan tradisi Panjang Jimat,” ujarnya. (CB01)