CIREBON, (cirebonbagus.id).- Komunitas Sahabat Pena Kita (SPK) bekerja sama dengan kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon menggelar Webinar Literasi dan Kopdar V sekaligus Lounching Buku, belum lama ini.
Acara yang berlangsung via Zoom Meeting itu mengusung tema “Literasi Untuk Mengabdi dan Mengabadi”.
Ketua Pelaksana, Didi Junaedi mengatakan, kegiatan webinar ini merupakan kerja sama antara Sahabat Pena Kita dan Kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Dengan harapan mampu menggugah kesadaran dalam hal keilmuan dan penulisan.
“Saya berharap semoga kegiatan webinar literasi ini mampu menggugah kesadaran kita semua untuk tetap dan terus berbagi ilmu dan pengetahuan yang kita miliki dengan mengabadikannya melalui tulisan, melalui karya, sebagai warisan intelektual untuk generasi mendatang,” katanya.
M Arfan Mu’ammar, selaku ketua Sahabat Pena Kita mengungkapkan, SPK ini dibentuk sejak 23 Juli 2018 dan baru resmi sebagai yayasan berbadan hukum pada 2019.
“SPK ini telah menerbitkan buku sekitar 14 buku. Setiap bulan bagi anggota SPK wajib mengirim sebuah tulisan, dan 6 bulan sekali mengadakan kopdar dan melaunching buku,” ujar pria yang juga wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.
Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, H Sumanta Hasyim menyampaikan, webinar ini merupakan sebuah momen sangat penting bagi semua untuk menggugah kesadaran berliterasi, yakni menggali ilmu pengetahuan melalui aktivitas membaca dan menulis.
“Kita tidak bisa membayangkan, seandainya para ulama, ilmuwan masa lalu tidak mengabadikan ilmu pengetahuan yang mereka miliki dengan menuliskannya dalam sejumlah karya. Pasti Ilmu pengetahuan itu akan sirna ditelan zaman,” katanya.
Ia melanjutkan, masa depan peradaban manusia pasti akan jatuh di titik nadir yang paling rendah. Dunia akan mengalami gulita pengetahuan. Walhasil, kehidupan pun akan menemui kegelapan. “Karena itu, saya sangat menyambut dengan antusias perhelatan ini,” katanya.
Haidar Bagir yang hadir selaku narasumber menyampaikan, menulis bersifat eksistensial, hidup manusia akan bermakna bila menulis.
Ia menegaskan, dengan mengutip dari Pramoedya Ananta Toer, orang boleh pandai setinggi langit tapi selama tak menulis akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah.
“Mengutip juga dari cucu Rasulullah, seorang ulama besar yaitu Imam Ja’far al-Shadiq bahwa, ikatlah ilmu dengan menulisnya,” ujar direktur Mizan itu.
Bahkan, lanjut dia, sejarah Islam adalah sejarah literasi. Al-Farabi jika tidak salah, selama 20 tahun mencari buku karya Aristoteles dan beliau baru menemukannya di pasar Bagdad. Sejak saat itu, begitu dahsyatnya para pemikir Islam untuk menulis karya.
Narasumber lainnya, Habiburrahman El-Shirazy, juga menyampaikan, menulis itu wajib dengan makna seluas-luasnya. Al- Imam Asy-Syuyuti telah menulis 600 judul buku lebih, yang satu bukunya saja berjilid-jilid.
Menurutnya, menulis bisa wajib karena seseorang yang memiliki ilmu, bila tidak ditulis akan hilang seiring meninggalnya orang tersebut .
“Wahyu Quran yang pertama turun juga merupakan penekanan terhadap membaca dan menulis. Allah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui manusia,” ujar pria yang juga novelis itu.
Sementara itu, dalam sesi lounching buku, M Chirzin mengatakan, mengapa perlu menulis buku? Karena buku merupakan barometer zaman, penggerak sebuah perubahan. “Tulisan adalah warisan peradaban yang tidak akan akan mati,” katanya. (CIBA-05)