CIREBON, (CB).- Sungai Cipager di Desa Kalibaru, Kecamatan Tengahtani, Kabupaten Cirebon susah lama menjadi tempat pembuangan sampah (TPS). Puluhan ton sampah pun menumpuk di lokasi tersebut.
Karena sampai saat ini, di wilayah tersebut tidak memiliki TPS. Sehingga masyarakat terpaksa membuang sampah rumah tangga mereka ke Sungai Cipager.
Pantauan di lokasi menyebutkan, tepat di bawah jembatan Blok Pagebangan Desa Kalibaru, Kecamatan Tengahtani, Kabupaten Cirebon sampah menumpuk. Kondisi air sungai yang kering membuat tumpukan sampah sangat terlihat jelas dan mengganggu pemandangan mata.
Menurut salah seorang warga desa setempat, Nendro (55 tahun), lokasi sungai yang jadi TPS tepat di belakang rumahnya itu, sudah lama masyarakat membuang sampah-sampah rumah tangga mereka ke situ. Bahkan, kata dia, tidak hanya warga setempat saja yang membuang sampah ke lokasi tersebut.
“Ya sudah puluhan tahun, kalau musim kemarau kayak begini ya sampah menumpuk seperti ini. Tapi kalau musim hujan yang kasihan masyarakat yang di hilir, yakni wilayah Gunungjati. Yang membuang sampah banyaknya orang luar desa kita,” kata Nendro, Rabu (9/10/2019).
Menurut dia, masyarakat setempat khususnya, terpaksa membuang sampah ke sungai, lantaran selama ini pemerintah belum menyediakan TPS. Selain itu, karena kondisi perumahan yang cukup padat, menjadi salah satu faktor sulitnya menyelesaikan persoalan sampah rumah tangga ini.
Dengan banyaknya masyarakat membuang sampah di sungai tersebut, kini sampah pun menumpuk menjadi pemandangan di sungai. Ia pun berharap ada solusi dari pemerintah, meski ia juga sudah mendapat informasi pemerintah desa akan membangun TPS di beberapa titik.
“Kalau sudah begini, sangat tidak elok. Dibakar juga enggak sehat. Baunya bikin sesak. Anak-anak pada sakit,” kata Nendro.
Diakui Kuwu Kalibaru, Handy Riyanto, sebenarnya tumpukan sampah di Sungai Cipager tidak sepenuhnya berasal dari warga desanya. Karena banyak warga dari luar desanya yang juga membuang ke Sungai Cipager tersebut.
Namun kata dia, pihaknya tengah membuat alat pembakar sampah. “Kami sedang membangun pembakaran sampah ditempatkan di Blok Bebekan,” katanya.
Ia menjelaskan, pembangunan alat pembakar sampah akan ditempatkan di dua titik. Pembangunannya akan dilanjutkan di tahun 2020 nanti. Saat ini, alat pembakar sampah untuk mengcover 2 RW, yakni RW 3 dan RW 4. Pada tahapan kedua nanti, disediakan untuk menampung sampah dari RW 1 dan RW 2.
Ketika dua titik pembakar sampah sudah tersedia, bisa menyelesaikan persoalan sampah secara menyeluruh. Dan sungai bisa lebih tertata serta terbebas dari sampah.
“Ketika semua sudah terbangun, kita akan membuat aturan larangan membuang sampah di sungai. Saat ini, larangan itu belum dibuat. Karena belum ada alternatif lain. Karena TPAS pun belum ada,” katanya.
Bahkan kata dia, dugaan akibat menumpuknya sampah di sungai, membuat air sungai sering kali meluap ketika musim hujan. Masyarakat di dua RW yang berada di pinggir sungai pun sering kali kebanjiran setiap tahunnya. Ditambah lagi, belum maksimalnya tempat penahan tanah (TPT) di sekitar sempadan sungai.
“Meskipun sudah ada, panjangnya baru 52 meter saja. Tapi belum maksimal karena kebutuhannya mencapai 800 meter. Untuk kedua sisi, yakni sisi kanan dan kiri,” katanya.
Setelah persoalan sampah teratasi, kata dia, Pemdes setempat ingin menjadikan kawasan sungai sebagai kawasan wisata. “Kita ingin di sekitar sungai nanti bisa dijadikan kawasan sungai menjadi wisata,” ungkap Handy. (CB-05)