CIREBON, (cirebonbagus.id).- Sejumlah kalangan menyayangkan konflik yang terjadi di Keraton Kasepuhan.
Padahal di tengah Pandemi Corona semua kalangan harus menghadapi dengan bekerja sama.
Salah seorang Tokoh Budaya/ Wargi Kesultanan Cirebon, Pangeran Chaidir Susilaningrat bin Pangeran Churmat Kusumawirdja mengaku prihatin dengan kejadian konflik tersebut.
“Saya prihatin dengan polemik yang berkembang di Keraton Kasepuhan. Hal ini telah menimbulkan pro kontra dan apabila dibiarkan lebih jauh lagi dapat menambah perpecahan di antara famili Kesultanan Cirebon,” ungkap Chaidir.
Chaidir menambahkan, padahal di masa-masa sekarang ini, andai saja seluruh famili Kesultanan Cirebon guyub, rukun dan bersatu, akan menjadi kekuatan besar. Kekuatan yang dapat bersinergi dengan komponen lainnya untuk memajukan dan menyejahterakan masyarakat Cirebon, daerah yang kaya akan potensi wisata budaya.
“Kepada saudara-saudaraku, para pinangeran, segenap wargi Kesultanan Cirebon untuk menahan diri dan kembali kepada kesadaran serta jati diri sebagai putera wayah Kanjeng Gusti Sinuhun Gunungjati, leluhur kita semua. Pastinya Beliau mengharapkan keturunannya tetap menjadi junjungan dan panutan bagi masyarakat Cirebon,” ujar Chaidir.
Sebagai pewaris leluhur pendiri Cirebon, tidak cukup dengan menyandang gelar kehormatan, Pangeran, Elang, Ratu, Raden, tapi milikilah juga kemuliaan perilakunya. Sebagaimana diajarkan oleh Kanjeng Gusti Sinuhun dan diteruskan secara turun temurun oleh para Rama Guru, pinisepuh dan orangtua kita.
“Mari kita berusaha juga untuk mewarisi keluasan ilmunya, keluhuran budinya, akhlaqul karimah,” kata Chaidir.
Salah satu petatah-petitih Kanjeng Gusti Sinuhun, lanjut Chaidir, ang adohna ing Pepadi (jauhilah perselisihan pertengkaran, permusuhan). Karena pertikaian hanya akan menghasilkan yang menang dan yang kalah.
Yang menang akan terjerumus dalam kesombongan, ujub, takabur yang akan menghancurkan dirinya. Dan yang kalah akan teraniaya oleh kebencian dan rasa dendam yang menyakitkan. Pepatah mengatakan, kalah jadi abu, menang jadi arang.
“Bermusyawarahlah dengan berpegang pada hikmah kebijaksanaan sebagaimana leluhur kita, jangan diteruskan pertikaian yang hanya akan menjatuhkan martabat kita di mata masyarakat. Tunjukkan keluhuran budi sebagai pewaris leluhur pendiri Cirebon, kalau memang merasa sebagai keturunannya. Berkumpullah dan bermufakat, temukan solusi yang bijaksana demi masa depan Cirebon yang lebih baik,” tandasnya. (CIBA-03)