CIREBON, (cirebonbagus.id).- Sedikitnya 295 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan korban jiwa 8 orang terjadi di Kabupaten Cirebon kurun waktu Januari hingga pertengahan April 2020.
Data yang dihimpun cirebonbagus.id dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon, pada Januari 2020 terdapat 90 kasus, meninggal dunia 4 orang. Kemudian Februari 121 kasus, meninggal dunia 2 orang. Selanjutnya Maret 79 kasus, meninggal dunia 1 orang dan April Minggu kedua 4 kasus, meninggal dunia 1 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Hj. Enny Suhaeni kepada cirebonbagus.id mengatakan, untuk mencegah penyakit menular maupun tidak menular akan bisa dikurangi dengan cara berprilaku hidup bersih dan sehat.
“Jangan lupa lingkungan juga harus bersih, apalagi sekarang masih musim hujan,” katanya, baru-baru ini.
Enny menambahkan, pihaknya terus mengimbau kepada masyarakat untuk disiplin dengan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan gerakan 3M Plus yakni menguras bak mandi, mengubur barang bekas , menutup tempat genangan air, dan plus hindari gigitan nyamuk, gunakan kelambu saat tidur, serta gunakan obat anti nyamuk.
” Sekarang dalam masa Pandemi Covid-19 masyarakat lebih banyak berdiam diri di rumah, banyak kegiatan yang bisa di lakukan untuk dirinya maupun lingkungannya,” pungkas Enny.
Sementara itu, Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Sartono mengatakan, diakuinya, saat ini kasus kematian akibat DBD lebih tinggi dari Covid-19 di Kabupaten Cirebon.
“Sekarang merata, di Kabupaten Cirebon tidak ada wilayah yang dinyatakan bebas DBD, semua sudah masuk kategori endemis, dan wilayah tertinggi di Plumbon,” katanya.
“Setelah ditelaah ternyata daerah yang padat penduduk dan home industri lebih beresiko ketimbang daerah yang tidak padat penduduk, “ujarnya.
Menurut Sartono, ketika desa menjadi kota padat hunian, orang lebih sibuk bekerja hingga lupa membersihkan sanitas, tempat berkembangnya nyamuk demam berdarah, jadi 3M nya tidak jalan.
Perubahan musim dikatakan Sartono, sangat mempengaruhi perkembangan nyamuk.
“Namun ketika musim hujan kebanyakan masyarakat hanya membersihkan saluran air agar tidak banjir dan yang menjadi ukuran masyarakat menguras membersihkan bak air ketika air itu sudah terlihat kotor saja,” kata Sartono.
“Masyarakat harus tetap waspada, asal mau patuh, membersihkan, menguras bak air selama 5 hari,maksimal 7 hari sekali sebetulnya itu sudah aman. Karena dari siklus pertumbuhan nyamuk dari masa bertelur dan terbang hanya selama 10 hari jadi kalau diputus mata rantai pertumbuhannya itu akan aman,” tandas, Sartono. (Effendi/CIBA)