JANGAN pernah berharap akan menyatukan kodrat Tuhan seperti keinginan sendiri. Tapi hargai perbedaan tersebut untuk meraih kedamaian dan kesejahteraan bersama.
Kalimat mutiara di atas menjadi gambaran paling tepat untuk menunjukkan pemikiran tokoh keberagaman dan lingkungan dari RW 08 Merbabu Asih Kelurahan Larangan Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon, H Agus Supriono.
Perjuangannya mewujudkan keberagaman mulai membuahkan hasil. Merbabu Asih dikenal masyarakatnya memiliki toleransi sangat tinggi. Bukan hanya dalam kadar pergaulan tapi menghargai dan menghormati peribadatan serta perbedaan sudah tertanam di jiwa masyarakat Merbabu Asih.
Tercatat di kampung toleransi tersebut terdapat tempat ibadah yang berdampingan keberadaannya. Keempat tempat ibadah tersebut yakni Masjid As Salam, Gereja Wreda, Pura Agung Jati Permana dan Vihara Bodhi Sejati.
Mewujudkan kampung keberagaman tentunya bukan hal mudah. Diperlukan langkah berani dengan berbagai perbedaan pemikiran warganya. Tentu hal ini juga dilakukan Agus dan beberapa tokoh Kampung toleransi.
“Langkah berat dulu ketika mengawali keinginan adanya kampung toleransi. Beberapa masyarakat bahkan mengatakan langkah gila yang sulit dilakukan. Karena sebagian besar warga Merbabu Asih berasal dari berbagai daerah atau urban,” kenang Agus.
Agus menambahkan, berpuluh tahun dia bersama tokoh lain membangun kepercayaan dan pemikiran untuk saling toleransi. Pemikiran untuk membangun kampung toleransi ketika di Merbabu Asih sudah ada tempat ibadah agama lain di tengah umat muslim yakni pura, gereja dan vihara.
“Faktanya masyarakat dapat menerima keadaan tersebut akhirnya dibangun pemikiran bersama untuk saling menghargai. Alhamdulillah sekarang malah sudah ada empat tempat ibadah secara berdampingan,” ujar Agus.
Dalam berbagai kegiatan, lanjut Agus, pihaknya mengemas pemikiran kampung toleransi. Untuk memudahkan Agus mengembangkan Program Kampung Iklim (Proklim) untuk mewujudkan lingkungan yang asri dan berkemampuan mandiri dalam ketahanan pangan.
Pertentangan hadir justru dari luar masyarakat Merbabu Asih yang merasa aneh dengan kehadiran empat tempat ibadah ada dalam satu lokasi. Beberapa kali Agus dan warga Merbabu Asih harus mencabut spanduk berisi sara. Usaha keras Agus juga didukung rasa toleransi masyarakat Merbabu Asih yang mulai terbangun dengan baik.
Ketika kampung toleransi diwujudkan di masyarakat Cirebon secara luas banyaknya penolakan pendirian tempat ibadah selain masjid. Tentu bisa saja pemikiran dari luar akan mempengaruhi warga Merbabu Asih.
“Kami kemudian mencoba memberikan pemahaman jika perbedaan itu sebuah keniscayaan. Tapi perbedaan tersebut dapat hidup berdampingan dibalut dengan menghargai hak orang lain,” kata Agus.
Saat ini langkah berat dan usaha Agus serta masyarakat mulai berbuah manis. Dua program tersebut berjalan sukses sehingga Merbabu Asih dikenal dengan kampung Proklim tingkat nasional dan kampung toleransi.
“Alhamdulillah kami dapat melalui dan mewujudkan dua agenda besar kampung toleransi dan Proklim. Ungkapan miring terkait dua program tersebut dijadikan cambuk untuk mengejar harapan,” tandasnya.
Agus bersama masyarakat menjadikan akses Jalan Bali menjadi sangat penting, salah satu menuju destinasi wisata religi dan dalam upaya merawat khebinekaan di wilayah Proklim RW 08 Merbabu Asih yg berbasis budaya dan sejarah. Hal ini sesuai dengan keputusan Pemerintah Daerah Kota Cirebon dalam program pembangunannya.
Tak Tergantikan
Peran besar Agus dalam mewujudkan kampung toleransi dan Proklim sangat dirasakan masyarakat.
Salah satu tokoh masyarakat Merbabu Asih, Chaidir Sudrajat mengatakan, Agus menjadi sosok penting untuk mewujudkan Kampung Toleransi dan Proklim RW 08 Merbabu Asih.
“Beliau tidak segan selalu turun merangkul semua warganya. Bila ada persoalan diselesaikan secara cepat dan bersama. Hasil kerja beliau sudah tidak diragukan hingga tidak tergantikan selama ini memimpin RW Merbabu Asih,” ujar Chaidir.
Chaidir menambahkan, warga Merbabu Asih selalu mendukung program Agus mengingat sudah terbukti sangat membantu masyarakat. Faktanya beberapa program bergulir hingga mendapat banyak perhatian termasuk mahasiswi dari luar negeri, terutama terkait kampung Proklim.
“Kami merasakan kedamaian dan penghijauan yang dirasakan sangat bermanfaat. Hal ini dilakukan sejak beliau menjabat ketua RW,” tandasnya. (Arif Rohidin/CIBA)