KABUPATEN CIREBON, (Cirebonbagus.id).- Atap baja ringan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Greged, di Desa Sindangkempeng, Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon ambruk, Jumat 12 Januari 2024, sekitar pukul 09.00 WIB.
Ambruknya atap baja ringan tersebut menimpa satu ruang kelas, satu ruang guru satu ruang LKS dan satu ruangan WC. Tercatat, ada enam siswa yang mengalami luka-luka, karena saat ambruk proses KBM sedang berlangsung.
Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cirebon geram. Pasalnya, atap bangunan SMPN 2 Greged ambruk. Komisi IV pun bakal memanggil pihak Dinas Pendidikan (Disdik) setempat.
Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cirebon geram. Pasalnya, atap bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Greged ambruk. Komisi IV pun bakal memanggil pihak Dinas Pendidikan (Disdik) setempat.
Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon, Aan Setiawan menjelaskan, terkait ambruknya atap bangunan SMPN 2 Greged sangat memalukan dunia pendidikan. Sebab, bangunan itu baru satu tahun usia rehabnya.
Menurut Politisi PDI Perjuangan ini, jika dilihat dari kondisi bangunan yang masih berusia satu tahun, diduga ada perencanaan yang salah dalam renovasi atap bangunan sekolah.
“Pasti ada yang salah. Masa usia bangunan baru satu tahun ambruk. Ini memalukan,” kata Aan, Rabu (17/1).
Dengan kejadian ini, kata Aan, pihaknya akan memanggil Disdik Kabupaten Cirebon untuk memberikan penjelasan di rapat komisi nanti.
Tak hanya Disdik, Inspektorat pun juga akan ikut dipanggil dalam rapat, terkait seperti apa hasil investigasinya dari renovasi atau rehab atap SMPN 2 Greged.
“Misalnya, ketika hasil investigasi diketahui karena kelalaian kontraktor, harus tetap bertanggungjawab,” ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon, Hj Nana Kencanawati mengaku akan memanggil kontraktor dan melakukan kunjungan kerja ke SMPN 2 Greged yang atap bangunannya ambruk tersebut.
“Saya baru tahu informasinya hanya sebagian, maka dalam waktu dekat akan datang untuk melihat langsung sekaligus menanyakan ke pihak sekolah,” kata Nana, belum lama ini.
Menurutnya, bangunan sekolah yang menggunakan baja ringan semestinya menggunakan genteng jenis metal yang bebannya ringan. Sehingga beban tidak terlalu berat.
“Sepertinya ada dugaan spesifikasi bangunan saat rehab ruangan tersebut tidak sesuai, hingga ambruk. Nanti akan kami rapatkan bersama komisi, untuk memanggil kontraktor yang dulu rehab sekolah tersebut,” katanya.
Pihaknya berharap semua kontraktor memperhatikan kualitas bangunan yang dikerjakan dan konsultannya agar mengawasi material yang digunakan saat mengerjakan kegiatan fisik.
“Pengawasan harus diperketat oleh seluruh pihak, saat rehab sekolah. Supaya kejadian serupa tak terjadi, masa baru direhab 2022, sekarang ambruk,” katanya. (ADV/CIBA)