CIREBONBAGUS.Id – Katak bagi sebagian orang merupakan binatang yang cukup menjijikan. Namun siapa sangka ternyata katak dapat memberikan dolar bagi sebagian orang. Binatang yang hidup di dua alam ini juga ternyata banyak dinikmati oleh sebagian orang sehingga harga jualnya tinggi.
Berburu katak dan mengolahnya ternyata mampu memberikan uang. Hal ini dirasakan Arma warga Desa Kertasura Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon. Arma merupakan salah satu warga yang sehari-harinya sebagai pengolah Katak untuk dijadikan konsumsi makanan baik lokal maupun mancanegara.
“Dua jenis Katak yang saya tangkap dan olah yaitu Katak Sawah dan Katak Gunung. Usaha ini turun temurun,” kata Arma, Jumat (1/2/2019).
Arma menambahkan ada dua jenis katak tersebut dianggap memiliki kualitas daging terbaik saat disantap. Setelah dipisahkan, para pengolah katak Katak kemudian mulai melakukan pengolahan. Proses pengolahan mulai dari pemotongan bagian kaki dan kepala, menguliti Katak. Hingga pemisahan kepala dengan daging yang akan dijual.
“Setelah diolah daging Katak direndam sebelum dikemas agar daging ketika dimasak itu empuk,” kata dia.
Arma mengaku sudah terbiasa berhadapan dengan ribuan Katak untuk diolah menjadi makanan. Bahkan, Katak menjadi penghasilan utama keluarga nya sejak puluhan tahun lalu.
Dia menyebutkan, hasil olahan Katak kemudian dijual ke pengepul besar maupun pemilik restauran Swieke. Di pengepul besar, Katak dijual Rp 24 ribu per kg sementara di restauran Swieke Rp 60 ribu per kg.
“Kalau sedang ramai kami biasanya dapat 3 sampai 5 kuintal katak hasil tangkapan orang kalau lagi sepi paling maksimal 1 kuintal saja,” kata dia.
Proses pencarian Katak tidak dilakukan sendiri, Arma membayar pekerja lepas Rp 100 ribu per 1 kuintal. Dari hasil tangkapan tersebut, Arma kemudian memilah katak dengan berbagai ukuran untuk diolah dan dijual.
“Bisa sampai Rp 40 ribu tergantung daging nya makannya kadang saya kasih daging campuran,” kata dia.
Sementara itu, kata dia, kulit Katak dijual kembali untuk pakan ikan Lele. Satu ember kulit katak dijual Rp 20 ribu. Di luar negeri, Katak banyak dijual ke Thailand, Singapura, Brazil, Amerika, Kanada hingga Jerman dan Inggris. Dia mengatakan, sebagian besar warga Desa Kertasura sudah terbiasa dengan Katak.
“Turun temurun dan sudah menjadi mata pencaharian utama kami jadi ya sudah biasa,” kata dia.
Arma menyebutkan, pengolahan Katak di Desa Kertasura saat ini sudah lebih dari 10 orang. Tak hanya itu, di Desa Kertasura juga terdapat warga yang menggantungan hidupnya dari olahan kulit ular hingga Cicak. (Panji)