CIREBON, (cirebonbagus.id).-
Tercatat seluas 3.480 hektare areal persawahan tanaman padi di Kabupaten Cirebon terendam banjir pada musim hujan tahun ini sejak awal Januari 2020.
Dari jumlah itu, sekira 464 hektare lahan tersebut harus dilakukan replanting atau penanaman bibit ulang karena hancur terbawa arus air.
Bahkan, banjir yang terjadi pekan terakhir juga kembali merendam sebagian lahan persawahan yang notabene masuk pada kawasan lumbung padi.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Ali Effendi menyebutkan, laporan terakhir akibat banjir pekan ini terdapat penambahan kawasan yang terendam sekira 60 hektare sawah. sehingga, kata dia, kawasan yang memang terendam tersebut tersebar di sembilan kecamatan.
Kesembilannya yakni meliputi Kecamatan Panguragan, Kapetakan, Gunungjati, Suranenggala, Jamblang, Plered, Mundu, Kaliwedi dan Gegesik.
Menurut Ali, jika kondisi sawah terendam hingga tiga hari lamanya, maka harus dilakukan replanting atau tanam ulang. “Kalau memang diatas tiga hari terendam, harus replanting atau tanam ulang,” ujar Ali Effendi disela kegiatannya, Selasa (25/2/2020).
Dia menyampaikan, atas kejadian tersebut tentu pihaknya tidak tinggal diam. Pemerintah akan kembali melakukan update data terakhirnya yang nantinya sebagai bahan melakukan tindakan. Seperti memprioritaskan para petani langganan banjir jika ada bantuan pupuk atau benih di waktu mendatang.
“Kita lagi usulkan, nanti usulan itu jatuh kepada kelompok-kelompok yang terkena bencana. Tetapi dengan catatan yang sudah ikut asuransi tidak diberi bantuan karena tidak diperbolehkan mendapatkan dobel anggaran,” kata Ali.
Bantuan prioritas yang saja diberikan, sambung Ali, Karena memang jika proses tanam ulangnya itu bisa ajukan klaim. Makanya agar bisa lebih cepat mendapat solusi dianjurkan semua petani harus mengasuransikan usaha taninya. “Taman padi, preminya cuma 36 ribu per hektare, Terus kalau gagal panen itu dapat Rp 6 juta,” kata Ali.
Ali menambahkan, di Kabupaten Cirebon sendiri untuk lahan pertanian padi yang sudah ikut asuransi jumlahnya sebanyak 20 ribu hektare atau sekira 60 ribu petani dari total 53 ribu hektare. Sisanya, sebanyak 53 persen atau 33 ribu hektare sawah belum mengikuti asuransi karena tidak mempunyai risiko gagal panen.
“Sambil berjalan, proses solusi dalam menyosialisasikan program ini terus ditempuh. Makanya memang harus ada antisipasi sedari dini,” katanya. (CIBA-06)