BEKASI – Memasuki masa akhir tanam periode April – September 2018, petani di desa Cipayung, kecamatan Cikarang Timur kabupaten Bekasi dengan luas tanam 2.800 ha, lakukan Gerakan Tanam Serentak (Gertak) diatas lahan 384 ha dengan sumber air dari Kali Malang, Jatiluhur.
Secara keseluruhan, luas tanam di Kabupaten Bekasi 48.406 ha dan di akhir musim tanam periode ApSep (April – September) 2018 baru capai 35.893 ha dari 54.070 ha atau 66.38% dari target yang ditetapkan. Hal ini masih tertinggal dibandingkan petani di kabupaten Karawang yang di akhir masa tanam telah capai 75.15% namun masih di atas pencapaian petani di Kota Bekasi yang baru mencapai 57.47% dari target. Antarjo Dikin, selaku penanggung jawab Upaya Khusus Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale) propinsi Jawa Barat, khususnya di 3 kabupaten tersebut menyampaikan saat lakukan Gerakan Tanam Serentak (Gertak) pada hari Kamis (30/8) di Bekasi.
“Puncak musim kering, alhamdulilah petani masih dapat menanam dengan air dari Bendungan Jatiluhur,” kata Antarjo. Selain penggunaan air yang efisien, Antarjo juga berharap petani dapat menjaga kebersihan saluran irigasi dari sampah dan lakukan pengawasan terhadap hama secara reguler. Antarjo juga mengatakan dengan pendampingan khusus secara bersama petani dan tim upsus Kabupaten Bekasi dapat meningkatkan Index Pertamanan dari 250 menjadi 300, harapnya.
“Gunakan bantuan alsintan dari Kementerian Pertanian dengan baik, agar kita bisa kejar ketinggalan,”Wakil Bupati Kabupaten Bekasi, Eka Supria Atmaja yang hadir pada acara Gertak tersebut.
Pendampingan khusus kepada petani khususnya di sentra padi yang terdampak kekeringan diapreasi Camat Cikarang Timur, Ani Gustini, “Dem-farm pertanian sehat dan biofertilizer untuk pupuk organik sangat berguna dan bisa kami manfaatkan”. Turut hadir pada acara gertak Kepala Dinas Pertanian Kota Bekasi, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Bekasi, dan unsur TNI AD, Kodim dan Korem di Kota Bekasi.
Secara terpisah, Banun Harpini selaku Ketua Penanggung Jawab Tim Upsus Pajale Propinsi Jabar menyampaikan bahwa di masa tanam periode ApSep 2018 dari 27 kabupaten di propinsi Jawa Barat dengan luas tanam 922.875 telah mencapai 81.08%. Untuk itu ia menginstruksikan secara khusus bagi penanggungjawab di sentra yang masih tertinggal untuk lakukan pemetaan dan mitigasi.”Kami turunkan tim khusus untuk berkoordinasi dengan pihak terkait, antara lain TNI, Kementerian PUPR, serta Pemerintah Daerah setempat dalam memetakan permasalahan, negosiasi penggelontoran air dari Bendungan, serta terlibat langsung melaksanakan pengawalan gilir giring sesuai jadwal yang telah disepakati,” kata Banun.
Pemberian air irigasi difokuskan dan diprioritaskan terhadap wilayah-wilayah yang berpotensi akan mengalami gagal panen. Penerapan jadwal gilir giring atau membagi jadwal pengairan yang sudah disusun di tingkat daerah akan diawasi secara ketat. Hal ini dilakukan agar lahan pertanian yang rawan kekeringan mendapatkan pasokan air yang cukup, tutup Banun. (CB02)