CIREBON, (cirebonbagus.id).-Permasalahan penanganan sampah di tingkat Pemerintahan Kabupaten Cirebon masih belum terselesaikan. Bahkan tarik ulur solusi serta kebijakan dalam penanganannya masih menuai polemik hingga penolakan masyarakat.
Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi di tingkat desa. Seperti yang dilakukan di Desa Tuk, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon misalnya.
Masyarakat setempat justru mampu menangani masalah sampah.
Meski baru berjalan empat bulan terakhir, pemerintah desa mengambil langkah membentuk Bank Sampah dan dibangunnya alat pembakar sampah dengan metode Incinerator.
“Kini Alhamdulillah tidak ada lagi sampah berserakan di jalanan. Semua habis di tingkat desa tak menyisa. Gagasan ini diambil dari pelajaran sejak beberapa tahun terakhir perihal sampah yang menghantui masyarakat Kabupaten Cirebon. Setelah adanya pengeloaan sampah di sini, maka bagi warga tidak ada lagi persolahan itu,” kata Kuwu (kepala desa) Tuk, Fathurrohman Wijaya kepada wartawan ditemui di lokasi pengolahan sampah di desanya, Rabu (18/12/2019).
Fathurohman mengakui, meski belum sepenuhnya warga Desa Tuk sadar dengan persoalan sampah, namun kehadiran Bank Sampah dan incinerator dinilai telah menyelesaikan persoalan sampah di tingkat desa. Secara bertahap edukasi dan sosialisasi pun terus dilakukan demi menjaga tata kelola desa yang lebih memperhatikan kebersihan lingkungan.
“Kesadaran warga mungkin baru setengahnya. Tapi itu tidak jadi soal karena sosialisasi terus kami lakukan. Mereka sudah sadar akan dampaknya yang sudah sangat terasa. Sampah tidak lagi berceceran di jalanan,” katanya.
Untuk kapasitas alat pembakaran sampah, kata Kuwu Fathurrohman, mampu menampung hingga 14 gerobak atau setara dengan satu truk sampah. Manakala sampah dalam keadaan kering, kata dia, alat pembakar mampu dipadatkan hingga 20 gerobak yang bisa tertampung perharinya.
Selain program Bank Sampah yang baru berjalan 4 bulan terakhir, pihaknya juga dibantu dengan kelompok yang konsen akan penanganan sampah. Kehadirannya dinilai cukup berdampak positif dalam memberikan edukasi bagi warga.
Di antaranya memberikan penyuluhan akan tata cara dan pembiasaan dalam memilah sampah. Sehingga mereka mau memilah terlebih dulu dirumah manakala ada sampah tertentu yang masih bernilai ekonomis.
“Untuk sampah tertentu ada nilai jualnya. Jadi kami berikan edukasi kepada warga sampah-sampah tertentu agar dipilah untuk ditukarkan. Sampah-sampah itu tidak kita bakar. Kita kelola lagi untuk dijual,” terangnya.
Dia menjelaskan, seperti sampah plastik jenis botol air mineral dan bekas kardus. Nantinya akan ditimbang. Terobosannya, kata dia awalnya tak langsung disambut positif. Karena masyarakat belum terbiasa.
“Khususnya saat kita arahkan untuk memilah sampah. Warga banyak yang keberatan. Tapi setelah mengetahui ada nilai jualnya, mereka mulai sadar dan mau memilah,” imbuhnya.
Saat ini, sampah plastik yang memiliki nilai jual, dipilah. Yang tidak, langsung dibakar. Sementara ini untuk sampah organik, belum diolah. Kedepan akan dianggarkan untuk membeli mesin pencacah, agar bisa mengolah sampah organik menjadi pupuk.
“Jadi kedepan, tidak ada yang tersisa. Semua bernilai. Sampah organik akan dijadikan pupuk. Terobosannya ,akan kita coba agar bisa menjadi pakan ternak,” pungkasnya.(CIBA-06)