CIREBON, (CB).- Garam selain untuk campuran bumbu masakan dan Industri kini bisa dijadikan bahan kosmetik dengan nilai jual yang sangat tinggi. Harga garam yang begitu rendah ditingkat petani yang selalu serugi tidak bagi Septi Ariyani (39 tahun) warga Desa Bondet, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon.
Walaupun setiap kilogramnya hanya dihargai tidak lebih dari Rp 300 ditangan Septi, garam tersebut dapat menjadi salah satu bahan baku untuk pembuatan produk kosmetik atau kecantikan yang bernilai jual tinggi.
Sebelum menjadi pengusaha garam kecantikan, Septi adalah seorang pegawai di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon dan Petugas Tenaga Pendamping Program Garam dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia.
Pada saat menjalani profesinya tersebut, Septi mengaku resah, lantaran harga yang dijual antara tahun 2011 hingga 2015, hanya dihargai Rp 200 perkilogram dan tidak jarang banyak garam ditumpuk di gudang penyimpanan.
Pada 2016 awal, Septi memutuskan untuk mengundurkan diri pekerjaannya itu dan lebih memilih untuk menjadi produsen pembuat garam kecantikan, karena di wilayah Kabupaten Cirebon belum ada yang menggeluti usaha tersebut.
Septi mengatakan, garam untuk kecantikan telah dikenal oleh masyarakat luar negeri sejak lama dan warga Indonesia yang menggunakan produk tersebut harus impor terlebih dahulu.
“Garam impor itu, dijual sampai 700 ribu satu kilogramnya dan itu pun yang beli hanya dari kalangan menengah ke atas,” ujar Septi Rabu (9/10/2019).
Setelah memutuskan untuk memulai usaha garam kecantikan, Septi mengikuti pelatihan serta pendampingan dari Balitbang KKP Republik Indonesia di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon.
Dalam pendampingan tersebut, puluhan petani dan produsen garam di Kabupaten Cirebon, mendapatkan program terkait pengolahan garam menjadi produk bernilai ekonomis tinggi.
Septi menuturkan, kalau selama pelatihan tersebut, ia mengaku paling antusias dan yakin bahwa garam adalah sebuah pulang besar, tidak hanya untuk kebutuhan pangan serta industri.
“Saya langsung mencoba mengaplikasikan sendiri dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan harga garam impor,” katanya.
“Adapun beberapa produk yang dihasilkan oleh Septi dari garam laut ini dapat digunakan untuk beberapa perawatan, yakni hair treatment, scrub, face toner, penghilang jerawat serta kusam di wajah, body scrub, dan aroma terapi, untuk beberapa produk harga cuman puluhan ribu,” katanya.
Dari hasil usahanya satu bulan septi mampu meraup omzet hingga puluhan juta rupiah.
“Untuk pemasaran, saya mengandalkan agen dan reseller. Agen saya sudah ada lima, ada di Palembang, Surabaya, Bandung, Surabaya, Bekasi, sama Jakarta, sisanya online,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, diawal usahanya bahan baku garam kecantikan yakni raw material ia dapatkan langsung dari para petani garam di Kabupaten Cirebon. Namun seiring berjalannya waktu, ia merasa kesulitan mendapatkan garam raw material, karena banyak petani yang tidak konsisten melakukan pengolahan, sehingga menghambat produksi.
”Saya melihat, petani tidak serius mempertahankan kualitas. Padahal kualitas garam bagus,” katanya.
Untuk mendapatkan kualitas garam yang dapat digunakan sebagai bahan baku bahan kecantikan, ia memutuskan menyewa lahan seluas 25 hektare di Desa Kertasura, Kecamatan Suranenggala.
“Kalau menggunakan cara tepat guna untuk bertani garam, nantinya akan menghasilkan garam raw material dengan kualitas tinggi. 95 persen untuk industri, 5 persen untuk garam kecantikan. Saya sewa lahan 3 sampai 5 juta per hektare untuk setiap tahunnya,” katanya. (CB-07)