Kisah Si Perong, Monyet “Ganteng” dari Situs Petilasan Sunan Kalijaga yang Suka Jahil

DENGAN berlari lincah, si perong tampak buru-buru menuju ke warung yang ada di lahan parkir situs Petilasan Sunan Kalijaga Cirebon. Seperti biasanya, dalam kondisi lapar, si perong akan menunggu di depan pintu warung sampai pemilik warung memberikannya sebungkus roti. Setelah didapat ia akan langsung membuka bungkus dan melahapnya sampai habis.

“Perong seperti preman pasar. Setiap hari selalu minta jatah roti. Gak mau yang lain,” kata Sobari, pemilik sekaligus salah satu pengurus situs Petilasan Kalijaga Cirebon, Jumat (1/1/2021).

Perong adalah salah satu monyet yang menghuni kawasan tersebut. Ia begitu dikenal karena berbeda dari kawanannya. Warna bulu Perong tidak berwarna abu-abu seperti monyet ekor panjang lainnya. Bulu Perong lebih gelap dan ada bulu warna hitam di bagian pipinya.

“Perong juga ramah tidak seperti monyet lainnya yang suka jahil. Jadi pengurus atau kuncen sudah hafal sama dia. Pengunjung juga banyak yang kenal dengan Perong kalau sering kemari,” tutur Sobari.

Menurutnya, para monyet di kawasan tersebut memang sedikit jahil. “Kalau ke sini hati-hati dengan kaca spion. Banyak yang dipatahkan oleh beberapa monyet buat ngaca. Makanya kita suka repot ngusir kalau ada yang mendekati motor pengunjung. Bahkan ada yang ambil HP cuma digigit sebentar terus dilempar. Mungkin dikira makanan,” paparnya.

Menyusut

Sobari mengungkapkan, saat ini lahan untuk habitat monyet situs Kalijaga sudah semakin menyusut. “Dulu lahan situs mencapai lima hektare tapi sekarang sudah berkurang sampai 2.000 meter persegi sebab lahannya banyak dibangun perumahan warga,” ujarnya.

Ia mengakui, situs berusia sekitar 500 tahun tersebut terdiri dari masjid, tempat pesarean, tempat pemakaman umum, dan dua buah sumur tua belum tertata dengan baik.

“Saat ini ada dana dari pemerintah lewat pihak Keraton Kanoman untuk pakan para monyet. Situs ini juga rencananya mau direvitalisasi oleh Dinas Pariwisata. Rencananya Januari 2021 sekitar situs mau diperbaiki dan dipasang pagar pembatas. Semoga saja segera terealisasi,” katanya.

Sekarang pun masjid di situs ini sedang direnovasi dari sumbangan para donatur. “Selain berkunjung ke situs ini untuk melihat para monyet, banyak juga yang melakukan tirakat. Saat ini masjid sedang direnovasi dari sumbangan para donatur agar pengunjung nyaman datang ke sini,” tuturnya.

Unik

Situs yang terletak di Jalan Pramuka RT 08 RW 03 Kelurahan Kalijaga Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon ini memang unik karena para kawanan monyet yang menjadi daya tarik.

Puluhan monyet yang berjumlah 99 tersebut konon tak pernah berkurang atau bertambah. Dari tahun ke tahun jumlahnya tetap 99 ekor.

“Meskipun ada yang mati tapi ada juga melahirkan, jumlah monyet-monyet ini tetap segitu saja. Kalau berjumlah lebih, akan terusir dan harus pindah ke tempat lain,” terangnya.

Asal-usul para monyet tersebut, konon katanya juga merupakan jelmaan para santri Sunan Kalijaga yang tak mau salat Jumat.

“Saat itu pada hari Jumat dan sudah waktunya salat Jumat, Sunan Kalijaga melihat puluhan santrinya masih asyik mencari ikan di sungai. Kanjeng Sunan sempat menegur dan mengingatkan para santri untuk segera bersiap salat Jumat sampai tiga kali. Tapi sampai salat selesai mereka masih ada di sungai,” jelasnya.

Sunan Kalijaga akhirnya menegur dan bertanya kepada santri mengapa mereka tidak salat Jumat. Namun para santri malah terbata-bata menjawabnya dan membuat sang Sunan mengambil keputusan yang tak terduga

“Santri-santri tersebut tak bisa menjawabnya dan saat itu pula Sunan Kalijaga bilang kalau orang yang tidak salat Jumat wujudnya seperti Monyet sampai akhirnya mereka pun jadi monyet. Lalu ditugaskan menjaga tempat ini sepanjang masa” tuturnya. (Nika)

Exit mobile version