CIREBON- Penutupan angkutan batubara di Pelabuhan Cirebon akan menimbulkan persoalan social. Setidaknya ada 2000 karyawan di Pelabuhan Cirebon terancam dipecat, selain itu bahaya besar mengancam ratusan ribu karyawan pabrik terutama tekstil di Bandung bakal mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Sedikitnya 250 pabrik di Bandung menggunakan batubara yang diangkut dari Cirebon. Beberapa perusahaan tersebut antara lain Kahatex, Panasia, Delitex, Suritex dan lainnya. Pabrik sudah ketergantingan terhadap batubara sehingga bila distop dipastikan bakal berhenti produknya.
“Setidaknya 80 persen batubara dikirim ke Bandung sehingga dapat dipastikan mereka (pabrik Teksitil) akan berhenti. Sebenarnya bukan hanya di Bandung indutri di Cirebon juga banyak yang menggunaan batubara antara lain pabrik semen Palimanan,” ungkap Bendahara Angkutan Khusus Pelabuhan, H. Bilal Arwindo.
Bilal menambahkan ada sekitar 600 unit truk pengangkut batu bara. Artinya, ketika bongkar muat batu bara ditutup, akan ada ratusan supir truk dan kernetnya yang menganggur.
“Kami harapkan bongkar muat tetap berjalan. Ada anak istri dari pekerja ini yang harus diberi makan,” ungkapnya.
Dia juga mengeluhkan dengan adanya penutupan akan membuat investasi yang sudah ditanamkan bakal rugi. Bahkan, satu investor dari satu kendaraan saja harus merugi hingga Rp 700 juta.
“Padahal sebagian besar juga masing lising. Keadaan ini akan memperburuk iklim investasi di Cirebon maupun wilayah lain karena pemerintah menjadi sewenang-wenang dalam memutuskannya,” ungkap Bilal.
Sementara Ketua APBC, Achmad Berliana Zulkifli mengakui, kegiatan itu digelar agar bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon tetap berjalan. Dari sepuluh RW, klaimnya, warga dari delapan RW telah menyatakan dukungan terhadap batu bara.
“Mereka hanya minta debu batu bara diatasi dan itu sudah dilakukan. Kalau sampai bongkar muat batu bara ditutup, akan ada sekitat 2.000 pekerja di Pelabuhan Cirebon terkena PHK,” katanya. (CB01)