CIREBON, (cirebonbagus.id).- Tradisi Rebo Wekasan sudah secara turun temurun dilestarikan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Termasuk di Blok Pesarean, Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Rabu (14/10/2020).
Dalam pantauan cirebonbagus.id kegiatan Rebo Wekasan, diawali dengan melaksanakan Salat Hajat sebanyak dua rakaat dengan tujuan tolak bala. Hal tersebut dilakukan di kawasan situs Makam Pangeran Pasarean.
Selanjutnya warga membaca kidung air.
Membaca kidung air dan kidung karahayuan (kidung keselamatan). Dengan tujuan memohon dijauhkan dari bala dan bencana. Dilanjutkan dengan pemberian santunan kepada anak yatim dan para jompo.
Juru kunci makam keramat Pangeran Pasarean, R Hasan Azhari menuturkan, Rebo wekasan atau Rabu di akhir bulan Safar, sebelumnya diawali dengan salat hajat dua rakaat dan doa bersama.
“Tujuannya kita memohon kepada Allah SWT agar kita semua terhindar dari bala malapetaka dan bencana,” ujarnya, Rabu (14/10/2020).
Kemudian setelah itu, lanjut Hasan, pihaknya melakukan tawurji berbagi uang koin (receh) sawer. Maknanya adalah mengingatkan bagi orang yang mampu untuk bersedekah kepada warga, terutama anak-anak yatim.
“Dan Alhamdulillah hari ini kita bisa memberikan santunan kepada 40 anak yatim dan 40 dhuafa para jompo. Kita mendapat bantuan dari para dermawan untuk diberikan kepada mereka,” ujarnya.
Di dalam isi kegiatan tadi, lanjut Hasan, ada penyucian isim Kala Cakra di hulu sungai, dan air keramat yang diambil dari beberapa sumur yang intinya isim tersebut dahulu dibawa syekh Subakir.
“Kita mengadopsi dari kejadian dahulu di wilayah Cirebon warganya terkena pagebluk atau bencana penyakit, disarankan oleh wali agar mandi di sungai Kriyan, dan setelah mandi warga yang terkena pagebluk sembuh,” katanya.
“Setelah diteliti ternyata di sungai Kriyan ada isim yang tertanam oleh syekh Subakir di mana isim tersebut mempunyai kemampuan untuk mengusir segala bangsa jin dan siluman juga mampu menolak bencana dan penyakit,” paparnya.
Namun, tambah Hasan, karena saat ini sungai Kriyan kotor, lalu dipindah di sungai Cipager untuk melakukan tradisi ngirab atau mandi. Kemudian selanjutnya ialah ngapem, bermakna jangan membicarakan yang jelek dan berprilaku buruk.
“Kita bicara yang manis, yang bagus jangan membicarakan hal jelek, jadi kami terus meneruskan tradisi ini,” ungkapnya.
Sementara itu, Lurah Desa Gegunung Abdul Rouf, mengatakan, pihaknya sangat antusias dengan kegiatan peringatan-peringatan untuk menjaga dan melestarikan budaya dari para leluhur.
Ia menyebutkan, Desa Gegunung mempunyai ikon petilasan Pangeran Pasarean yang merupakan keturunan dari Sunan Gunung jati. “Rebo wekasan merupakan perwujudan manifestasi dari nilai-nilai luhur,” tuturnya.
Oleh karena itu, pihaknya dari masyarakat Kelurahan Gegunung menyambut baik kegiatan ini, karena pada akhirnya adalah pengamalan dari nilai-nilai keagamaan dan tradisi yang baik.
Pihaknya juga berharap, kegiatan ini bisa memberikan dampak positif bagi warga masyarakat secara kerohanian dan sosial.
“Apalagi di masa Pandemi Covid- 19 yang dibutuhkan kesolidaritas sosial dan kami dari pemerintah Gegunung sangat mendukung sekali kegiatan ini,” pungkasnya.(Effendi/CIBA)