SAAT ini sangat jarang sekali anak-anak bermain kesenian tradisional. Mereka lebih sering main gadget daripada mempelajari kebudayaannya sendiri. Namun yang dilakukan Putera Mahkota Keraton Kacerbonan, Pangeran Elang Raja Muhammad Kusuma Natadiningrat sangat luar biasa dan menginspirasi.
Bocah berusia 12 tahun yang akrab disapa Elang ini mampu mengajar gamelan kepada anak-anak berusia 5 tahunan di sekitar Keraton Kacerbonan. Setiap minggunya ia rutin mengajarkan gamelan pada anak-anak di teras keraton.
Elang mengaku, awalnya ia tak begitu suka bermain gamelan. Tapi perlahan-lahan rasa cinta kepada gamelan mulai tumbuh di hatinya. Ia diajari ayahandanya, Sultan Kacirebonan IX, Pangeran Raja Abdulgani Natadiningrat bermain gamelan di usia 7 tahun.
“Waktu itu saya diajarkan lagu Bayeman, namun kala itu saya tidak begitu suka main gamelan,” kata siswa kelas 6 SD Al Azhar Kota Cirebon tersebut, Jumat (1/1/2021).
Lanjut dia, saat menginjak usia11 tahun, rasa penasarannya mulai tumbuh untuk memainkan gamelan.
“Saya pun minta diajari lagi sama bapak, sampai akhirnya suka dengan gamelan dan sampai kini mahir memainkannya,” ujarnya.
Selain itu, Elang juga dilatih oleh Mama Erik alias Richard North, seniman berkebangsaan California yang membantu mendokumentasikan warisan budaya leluhur Cirebon.
Di usianya yang ke-12, bocah berkulit putih ini memutuskan untuk berbagi ilmunya dengan anak-anak sekitar Keraton Kacerbonan.
“Awalnya saya prihatin sekali pada anak-anak sekarang, kok maunya main handphone daripada berkesenian. Padahal dampak dari gadget itu banyak yang kecanduan sampai matanya minus dan syarafnya rusak. Jadi kepikiran oleh saya ingin berbagi ilmu untuk anak-anak untuk mencintai kesenian,” paparnya.
Menurutnya, para leluhur sungguh mulia telah menciptakan tradisi dan kesenian yang indah dan sepatutnya generasi muda menjaga kebudayaan sampai kapanpun.
“Kita generasi muda patutnya menjaga dan melestarikan bukan melupakannya. Boleh saja main HP, tapi jangan sampai melupakan tradisi dan budaya diambang kepunahan,” katanya.
Elang mengaku untuk mengajarkan anak-anak balita yang berjumlah belasan pun tak mudah. Ia memerlukan strategi untuk bisa membuat anak-anak tertarik belajar kesenian gamelan tanpa paksaan dan tumbuh dari hati.
“Kalau sengaja diajak atau dipaksa mereka pasti gak akan mau, jadi perlu strategi. Jadi strateginya, saya sengaja sering main gamelan di teras supaya mereka bisa nonton. Memang perlu waktu, kita harus sabar, tapi lama-lama mereka jadi tertarik dan mulai tanya-tanya tentang gamelan. Sampai akhirnya mau untuk belajar main gamelan,” terangnya.
Usaha Elang akhirnya menumbuhkan hasil. Perlahan tapi pasti, rasa cinta anak-anak main gamelan mulai tumbuh. Walau perlu kesabaran saat mengajarkan mereka memainkan perangkat gamelan.
“Anak-anak usia lima tahunan kan masih sukanya main, jadi saya mengajar juga sambil bermain. Tapi saya senang mengajari mereka walau butuh kesabaran dan cara komunikasi yang sesuai dengan anak-anak seusia mereka,” katanya.
Elang memiliki impian untuk bisa mengembangkan kesenian gamelan yang dikolaborasikan dengan unsur modernisasi yang cocok bagi generasi milenial.
“Saya berharap suatu saat nanti bisa mempertunjukkan gamelan dengan konsep lebih kekinian. Gamelan dikolaborasikan dengan drum, piano, dan alat musik modern lainnya supaya generasi milenial menyukainya. Bila sudah jatuh cinta mereka pasti penasaran seperti apa gamelan versi aslinya,” tuturnya.
Ayahanda Elang, Sultan Abdulgani Natadiningrat menambahkan akan terus mendukung putra mahkota supaya bisa mengembangkan warisan kebudayaan leluhurnya sendiri.
“Elang sebenarnya sudah mahir memainkan beberapa instrument kuno. Sekarang Elang juga bisa memainkan wayang kulit dan membawakan tari topeng Samba. Saya berharap bakatnya ini bisa berkembang dan ditularkan kepada anak-anak lainnya untuk melestarikan warisan leluhur dan mengharumkan nama bangsa,” imbuhnya. (Nika)