KUNINGAN, (CB).-
Minggu (1/9/2019) pagi, ribuan umat muslim Desa Sangkanhurip, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan, mengarak momolo atau kubah masjid yang akan dipasang pada Masjid Al- Fallah desa setempat.
Momolo tersebut merupakan kubah baru yang baru selesai dibuat dari perajin untuk menggantikan kubah lama yang dalam proses rehab.
Meski berada di pusat pemerintahan desa, namun berdirinya sebuah masjid baru tersebut patut menjadi kebanggaan. Karena kubah yang baru saja dipasang merupakan satu dari tiga bentuk momolo yang sama persis yang ada di Indonesia. Bentuk momolo yang baru saja dipasang tersebut hanya ada di Cirebon, Demak dan Sangkanhurip,Kuningan.
Berdasarkan pengamatan, arak-arakan yang menempuh jarak sekitar 3,9 kilometer tersebut dimulai dari salah satu tempat yang dikermatkan yakni Petilasan Mbah Buyut Eyang Sangkan yang berada di Blok/Dusun Wage desa setempat. Massa berkumpul sejak pagi sekira pukul 06.00 WIB dengan diawali tawasul dan doa yang dipimpin tokoh agama setempat sebelum berkeliling kampung.
Meski medan tempuh arak-arakan cukup melelahkan lantaran menapaki jalan tiap blok atau dusun dengan jalur berkelok dan menanjak. Namun suasana gembira dan meriah sangat nampak di wajah peserta dengan melantunkan shalawat dan tahlil sepanjang jalan.
Suasana bertambah meriah karena arak-arakan diramaikan dengan sejumlah grup rebana dan selama perjalanan panitia menyalakan petasan di sejumlah titik.
Sementara itu, warga yang berdiri di sepanjang jalan siap membagikan sejumlah makanan yang disentralkan pada titik ‘warung amal’. Selan dianggap berkah dapat membawa bentuk rizki, mereka juga memberikan sejumlah uang guna membantu proses rehab masjid.
Sesampai di kompleks masjid, massa antusias menunggu prosesi hingga di pucak menara. Kubah berwarna emas dan bersusun secara testimografi penuh arsitektur mempunyai makna syariat, hakikat dan marifat. Kubah yang memiliki berat hampir 1 kuintal itu diangkat naik secara estafet menuju ke atap masjid untuk dipasang dengan mengunakan mesin kerek trianggel oleh sejumlah petugas ahli.
Menurut Kuwu (Kepala Desa) Sangkanhurip, Jujun, waktu kirab arak-arakan momolo masjid diambil bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1441 Hijriah. Dimana momentum penuh makna dan berkah tersebut hasil dari musyawarah antar elemen bail dari tokkoh agama, tokoh masyarakat, DKM Masjid maupun Karang Taruna.
“Alhamdulillah kegiatan berjalan lancar dan masyarakat sangat antusias,” kata Jujun.
Jujun menyebutkan, setiap kali dilakukan rehab masjid, tidak pernah merubah bentuk momolo. Bahkan, momolo yang lama tidak dibuang melainkan tetap disimpan pengurus. Kali ini, bentuk momolo memang sama persis namun dari segi ukuran momolo yang baru bentuknya lebih besar.
“Tahun 2019 ini kita rehab lagi menjadi masjid yang direncanakan dua lantai. Jadi ini sudah rehab besar yang ketiga kalinya sejak zaman dulu. Setiap kali rehab besar momolonya tidak dibuang. Sampai sekarang masih ada, jadi kalau bisa dipasang mungkin dilihat aspek usia sehingga memilih disimpan saja,” kata dia.
Jujun mengatakan, acara arak-arakan kubah masjid tersebut digelar sebagai ungkapan rasa syukur, wujud kegotongroyongan sekaligus syiar agama. Sebab dalam acara tersebut seluruh elemen masyarakat juga dilibatkan.
“Bahkan ada juga masyarakat dari luar Sangkanhurip yang datang sekaligus untuk berziarah petilasan Mbah Buyut Sangkan yang ada di desa kami,” pungkasnya. (CB-06)