CIREBON, (cirebonbagus.id).- Ada pepatah (Tiánmì kāishǐ xīn de yī nián, yǔ tiánmì de rén jiànlì yǒuyì ) artinya memulai Tahun baru dengan manis, menjalin dan membina persahabatan dengan yang manis (kue keranjang).
Kue keranjang atau ada yang menyebutnya dengan dodol China. Karena umumnya menjelang Imlek, warga Tionghoa membagikan Kue Keranjang kepada kawan kawan dan kenalannya. Kue Keranjang banyak di jual di supermarket dan Pasar.
“Dulu waktu saya kecil, orang tua saya membeli Kue Keranjang di Kanoman Cirebon, ada banyak jenis kue keranjang ada yang dibungkus menggunakan daun pisang,” ujar budayawan masyarakat Tionghoa Cirebon, Jeremy Huang Wijaya kepada cirebonbagus.id Kamis (6/1/2022).
Jeremy menjelaskan, kue keranjang memiliki nama asli Nian Gao atau Ni-Kwe (Ti-Kwee) yang disebut juga kue tahunan karena hanya dibuat setahun sekali pada masa menjelang tahun baru Imlek.Kue keranjang diperkirakan sudah ada lebih dari 2.000 tahun lalu atau sebelum penanggalan Tionghoa ditetapkan pada Dinasti Zhou di abad ke-11 sampai 256 sebelum masehi.
Masyarakat Tionghoa mempersembahkan nian gao sebagai persembahan kepada dewa dan leluhur.Kue keranjang (ada yang menyebutnya kue bakul atau dodol Tionghoa atau dodol Cina) yang disebut juga sebagai Nian Gao (年糕) atau dalam dialek Hokkian Ti Kwe (甜棵),yang mendapat nama dari wadah cetaknya yang berbentuk keranjang.
Kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula, serta mempunyai tekstur yang kenyal dan lengket. Kue ini merupakan salah satu kue khas atau wajib perayaan tahun baru Imlek,walaupun tidak di Beijing pada suatu saat.
“Kue keranjang ini mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, tujuh hari menjelang tahun baru Imlek (廿四送尫 Ji Si Sang Ang), dan puncaknya pada malam menjelang tahun baru Imlek,” ujarnya.
Sebagai sesaji, Jeremy mengatakan,kue ini biasanya tidak dimakan sampai Cap Go Meh (malam ke-15 setelah tahun baru Imlek),” paparnya.
Potongan kue keranjang dipercaya pada awalnya kue, ini ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan dewa Tungku (竈君公 Cau Kun Kong) agar membawa laporan yang menyenangkan kepada raja Surga (玉皇上帝 Giok Hong Siang Te).
Selain itu, bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang.
Kue keranjang dianggap memiliki makna positif yang dipercaya secara turun-temurun. Menjadi simbol atas pendapatan dan jabatan yang lebih tinggi, anak-anak yang berkembang dengan baik dan secara umum menjanjikan tahun yang lebih baik dari sebelumnya.
“Jadi, mereka percaya, mengonsumsi kue keranjang selama perayaan Imlek atau Tahun Baru Kalender Lunar mendatangkan keberuntungan dan nasib baik bagi yang memakannya,” katanya.
Jeremy menambahkan, membagikan kue keranjang saat Imlek mengandung arti menjalin persahabatan dan persaudaraan dengan erat dan manis karena kue keranjang terbuat dari gula, ketan dan terigu. “Jadi lengket dan manis. Membagikan kue keranjang saat imlek artinya menjalin persahabatan dan persaudaraan lebih erat dan manis.
Memberikan kue keranjang di saat imlek akan mendapatkan rejeki besar. Karena ada karma yang baik ketika kita berbagi kue keranjang di malam Imlek, apa yang kita tabur, akan kita tuai,”pungkasnya. (Effendi/CIBA)