CIREBON, (cirebonbagus.id).- Ada pepatah Tiongkok berkata Rén dé shì dēnglóng, shì zhào liàng rénshēng dàolù de dēnglóng artinya kebaikan dan kebajikan adalah lentera lilin dan lampion yang menerangi jalan kehidupan.
Lampion kadangkala identik dengan imlek dan cap go me.
“Tiap tiap rumah warga tionghoa selalu pasang lampion menjelang imlek. Di kelenteng selalu terpasang lampion,” ungkap Budayawan Tionghoa, Jeremy Huang Wijaya, Jumat (13/1/2023).
Di Tiongkok China cap go me atau 15 hari sesudah imlek disebut juga hari lampion karena hari itu lampion dipasang di mana mana. Jaman dulu di Hongkong atau Taiwan ada pawai lampion. Jaman dulu Lampion digunakan warga di China yang merantau untuk datang ke rumah sanak family sebagai pamitan tanda perpisahan karena mereka harus kembali ke daerah perantauan.
Lampion adalah sejenis lentera yang biasanya terbuat dari kertas dengan lilin di dalamnya. Lampion yang lebih rumit dapat terbuat dari rangka bambu dibalut dengan kertas tebal atau sutera bewarna (biasanya merah). Lampion biasanya tidak dapat bertahan lama, dan mudah rusak Lampion atau Deng Long (dēnglóng) dalam bahasa Mandarin dapat diartikan secara terpisah (dēng) berarti cahaya/sumber cahaya, dan (lóng) artinya sangkar/tempat, sehingga jika diletakkan secara bersama sebagai tempat cahaya/sumber cahaya. Secara luas dapat berarti segala jenis tempat meletakkan cahaya/lilin.
Lentera batu di Tiongkok muncul sekitar pada Dinasti Han, dan di Dinasti Wei, Jin, Utara dan Selatan sampai Dinasti Tang. Ditemukan di vihara, kuil dan kebun. Di Kuil Buddha umumnya lampion batu berada di depan kuil. Lentera batu paling awal yang ada di China adalah lampu Qiushi utara Kuil Tongzi di Taiyuan, Provinsi Shanxi. Lampu batu di Dinasti Tang dibangun di Daqing delapan tahun (773) yang dibangun di Changzhi County, Shanxi Cailing Mountain Law dan lampu batu Kuil, Stone County, Kuil Shaanxi Shek Ngau, Beiyue Temple di Hebei lampu batu Quanganglong, selain Heilongjiang Ning Bohai Town Dari Laut Bohai di Beijing Longquan House Guanglong.
“Seperti pada malam tahun baru Cina atau Imlek cenderung identik dengan tradisi pelepasan lampion. Lampion terbang sendiri termasuk salah satu benda khas budaya Cina yang juga menunjukkan tanda pergantian tahun,” kata Jeremy.
Akan kurang meriah rasanya jika kelenteng, sudut-sudut jalan dan rumah-rumah warga Tionghoa tidak dihiasi dengan pernak-pernik seperti lampion pada malam Imlek. Tradisi ini pun kian menjadi daya tarik yang menarik minat turis mancanegara.
Konon katanya, tradisi melepas lampion ini berasal dari sebuah kisah di zaman dulu ketika sekelompok prajurit terjebak di dalam situasi perang sulit yang tidak memungkinkan mereka untuk menyelamatkan diri dari musuh Kemudian salah seorang prajurit memunculkan ide untuk membuat lentera terbang. Ternyata, lampion yang dilepas oleh si prajurit dengan tujuan memohon pertolongan dari Tuhan ini terlihat oleh kelompok tentara lainnya. Tentara lain ini pun segera datang untuk memberikan pertolongan dan pada akhirnya para prajurit tadi berhasil menyelamatkan diri dari peperangan sengit tersebut.
Oleh karena cerita itu, sampai saat ini banyak orang Tionghoa yang percaya bahwa dengan melepas
lampion bertuliskan doa dan harapan ke atas langit, dibarengi doa yang sungguh-sungguh kepada
Tuhan, maka niscaya Tuhan akan mengabulkannya. Itulah sejarah lampion dan tradisinya. (Arif/CIBA)