KOTA CIREBON, (Cirebonbagus.id).- Sejumlah 90 pegawai RSD Gunung Jati Kota Cirebon mengikuti kegiatan lomba jemparingan, Kamis 5 September 2024.
Lomba dilaksanakan dalam rangka Peringatan HUT RSD Gunung Jati ke 103 yang diikuti dari Direktur, dokter, perawat dan staf mewakili hampir seluruh bidang yang ada di RS tersebut.
Jemparingan merupakan olahraga panahan tradisional asal Yogyakarta yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dalam domain Kemahiran dan Kerajinan Tradisional.
Olahraga ini pada awalnya hanya dilakukan di kalangan keluarga Kerajaan Mataram hingga dijadikan perlombaan di kalangan prajurit kerajaan.
Direktur RSD Gunung Jati, dr. Katibi, MKM didampingi Koordinator Jemparingan, H. Juju Warjukni SKM, MKS mengatakan kegiatan jemparingan bukan hanya sekadar sarana olah raga ketangkasan, melainkan pula sarana untuk mengolah rasa dan karsa.
“Makna khususnya jemparingan yakni sebagai olah raga, olah rasa, dan olah karsa. Beberapa manfaat memanah bagi pemanah secara mental adalah dengan memberikan efek meditasi, khususnya menenangkan pikiran dan membantu Kita untuk fokus pada perasaan rileks,” ungkap Katibi.
Hal senada diungkapkan Juju Warjukni mengatakan berbeda dengan memanah pada umumnya yang dilakukan secara berdiri.
“Jemparingan yang berasal dari kata jemparing berarti anak panah ini dilakukan dengan duduk bersila. Pemanah jemparingan gaya Mataram tidak hanya memanah dalam kondisi bersila, namun juga tidak membidik dengan mata,” kata Juju.
Juju menambahkan busur dalam jemparingan diposisikan mendatar di hadapan perut sehingga bidikan panah didasarkan pada perasaan pemanah.
Gaya memanah tersebut sejalan dengan filosofi jemparingan gaya Mataram yaitu pamenthanging gandewa pamanthenging cipta yang bermakna bahwa membentangnya busur seiring dengan konsentrasi yang ditujukan pada sasaran yang dibidik.
Filosofi ini dalam kehidupan sehari-hari mempunyai pesan agar manusia yang memiliki cita-cita hendaknya berkonsentrasi penuh pada tujuan tersebut agar cita-citanya dapat terwujud.
Filosofi tersebut mengingatkan bahwa dalam meraih harapan, musuh utama manusia adalah dirinya sendiri. Mengenai seberapa mampu manusia mengarahkan rasa dan karsanya, segenap hati penuh konsentrasi kepada tujuan yang ingin dicapai.
Sementara dalam kegiatan tersebut juara Tingkat putra dimenangkan oleh Lukman, kedua Dwi Avianto, ketiga Rizki, Harapan Satu, dr Bambang, Harapa dua, Taswin dan harapan tiga, Taswin. Pada Tingkat Putra nilai Lukman dan Dwi sangat tipi karena keduanya mengenai sasaran bandul.
Sedangkan juara putri perlombaan lebih ketat karena ad tiga pemanah yang berhasil mengenai bandul selebar 3 cm. Akhirnya dapat diperoleh juara pertama Siti Choridah, peringkat kedua Lili Jamilah dan juara ketiga Devina Vasti. Selain itu untuk Harapan satu Entin, juara harapan dua, Rina dan harapan ketiga Devi N.
“Saya tidak menduga dapat mengenai bandul karena sulit dan harus membutuhkan konsentrasi tinggi. Kami akan meningkatkan kemampuan dengan ikut Latihan lebih sering tentunya,” kata Siti Choridah. (Arif/CIBA)