TAK banyak yang tahu, di tengah padatnya rumah penduduk jalan KS Tubun Gang Tunjung Keling RT 05 RW 03 Kota Cirebon terdapat Petilasan Pangeran Tunjung Keling yang begitu sangat memprihatinkan.
Tidak seperti petilasan lainnya yang apik terawat. Situs ini sangat tertutup di kawasan rumah warga. Bahkan penanda petilasan yang bertuliskan “Petilasan Pangeran Tunjung Keling” sudah mulai memudar terpasang di pagar seng yang berkarat.
Saat masuk ke petilasan pun harus memasuki gang yang sangat sempit. Pintu petilasan pun tak layak dari pintu rusak yang terpasang miring. Pagar petilasan hanyalah susunan batu bata dan genteng yang sudah bertahun-tahun termakan waktu.
“Memang petilasan ini jauh dari layak. Kurang perhatian untuk dipugar. Tapi kami sebisa mungkin untuk membersihkannya supaya yang berkunjung sedikit nyaman,” kata juru kunci, Cami kepada cirebonbagus.id.
Cami mengatakan, kondisi makam sudah diketahui oleh dinas terkait namun belum ada realisasi untuk pemugaran. “Pemerintah sudah tahu petilasan ini, katanya ada rencana mau diperbaiki. Tapi gak tahu kapan-kapannya,” katanya.
Cami menuturkan, ada belasan makam di petilasan tersebut, seperti Pangeran Tunjung Keling dan sang istri yang terpisah di dekat pintu gerbang. Ada petilasan Nyi Rumes, Nyi Mas Gandasari, dan Singalodra.
Sayangnya, Cami tidak mengetahui banyak tentang sosok Pangeran Tunjung Keling. Ia mengaku hanya bertugas membersihkan makam dan menyambut siapa saja yang datang berziarah. Namun warga setempat yang enggan disebut namanya mengungkapkan Pangeran Tunjung Keling merupakan panglima Sunan Gunung Jati yang berhasil menumpas perompak di wilayah Gunung Jati.
“Kalau saya sih cuma tugasnya bersih-bersih. Kalau ada yang datang kemari saya sambut. Kebanyakan yang ingin tirakat atau puasa di sini,” kata Cami.
Dipugar
Walau tertutup, Cami mengungkapkan, ada saja yang datang berkunjung ke petilasan tersebut seperti dari Tegal, Brebes, dan daerah lain. “Mereka biasanya tirakat dari jam delapan pagi sampai jam empat subuh sambil puasa selama seminggu,” ujarnya.
Lanjut dia, warga setempat juga kerap menggelar syukuran di petilasan tersebut jika ingin menggelar hajat. “Kalau yang mau nikahan, sunatan, biasanya ada yang bikin tumpeng buat syukuran. Hanya adat istiadat saja supaya petilasan ini tidak terlupakan,” katanya kepada cirebonbagus.id.
Cami berharap, pemerintah memberikan perhatian untuk petilasan tersebut dan menggali lebih dalam sosok Pangeran Tunjung Keling untuk bisa didokumentasikan dalam sejarah.
“Saya berharap petilasan ini bisa dipugar supaya lebih layak jika dikunjungi. Berharap juga orang Cirebon banyak tahu tentang sosok Pangeran Tunjung Keling yang pasti ada sejarahnya untuk Cirebon,” tandasnya. (Nika/Kontributor CIBA)