CIREBON, (cirebonbagus.id).- Kecamatan Surnanenggala Kabupaten Cirebon, merupakan salah satu wilayah yang sangat lekat dengan perkembangan seni dan budaya di Cirebon. Selain memiliki sejumlah sanggar dan kelompok seni, wilayah ini juga memiliki cara tersendiri untuk bisa berperan dalam menjaga kesenian agar tetap lestari.
Raffan S Hasyim, sejarawan dan juga filolog asal Cirebon mengatakan, warga Suranenggala atau biasa disebut Bedulan, sudah terbiasa melakukan gotong royong dalam membantu aktivitas warga lainnya. Tradisi temoan, biasanya terjadi saat pelaksanaan hajatan warga.
“Nanti warga membantu baik itu tenaga atau kebutuhan acara. Semua bantuan tersebut bersifat sedekah, bukan hutang,” ujar Opan saat memberikan sambutan di acara Njujug Tajug Lesbumi PCNU Cirebon di Suranenggala, Sabtu 29 Februari 2020.
Temoan juga, ujar Opan, ditemukan dalam kegiatan gelar seni budaya Njujug Tajug di Kecamatan Suranenggala. Masyarakat secara sukarela, sudah menyiapkan uang yang akan diberikan kepada kelompok seni yang melakukan pementasan. Hal tersebut sebagai bentuk apresiasi, sekaligus untuk mendukung pelestarian seni dan budaya lokal Cirebon.
“Masyarakat bedulan ini, sangat mengapresiasi kegiatan seni dan budaya,” ujar Opan.
Bahkan, tidak jarang warga Bedulan, bisa menyelenggarakan kegiatan pagelaran dan pementasan yang lumayan besar, hanya dengan temoan yang diberikan oleh masyarakat.
Opan mengungkapkan, sudah selayaknya seniman yang ada di Bedulan untuk diberikan apresiasi dan juga ruang. Karena menurutnya, cukup banyak sekali seni dan budaya yang ada di Bedulan, bahkan ada maestro kesenian yang sudah mendapatkan penghargaan dari menteri.
Ketua panitia Njujug Tajug Kecamatan Suranenggala, Heli Mulyadi, membenarkan jika temoan merupakan salah satu bentuk dukungan masyarakat, terhadap kegiatan kesenian yang diselenggarakannya itu. Pihaknya memang sudah merencanakan untuk mengadakan temoan, pada saat pelaksanaan pagelaran seni dimulai.
“Kita sediakan wadah, untuk warga yang mau memberikan sumbangan,” kata Heli.
Menurut Heli, acara Njujug Tajug yang digelarnya ini sangat meriah. Ia menyebut, ada sekitar 13 pementasan yang dilaksanakan, sejak pagi hingga malam hari. Jika tidak didukung oleh PCNU Cirebon dan juga temoan, kegiatan tersebut pasti membutuhkan dana yang sangat besar. Apalagi, kegiatan ini juga diawali dengan pawai yang diikuti oleh setiap perwakilan desa di Kecamatan Surnaneggala.
“Kalau didanai secara mandiri, sepertinya berat sekali untuk menyelenggarakan acara sebesar ini,” kata Heli.
Heli juga mengucapkan terima kasih kepada PCNU Cirebon dan Lesbumi, yang sudah memilih Kecamatan Suranenggala sebagai lokasi kegiiatan pagelaran seni Njujug Tajug. Dengan kegiatan ini, masyarakat akhirnya kembali mengetahui seni budaya peninggalan para leuluhur, yang hampir punah. Masyarakat juga akhirnya mendapatkan pemahaman, bahwa seni budaya yang ada, tidak bertentangan dengan ajaran agama, yang saat ini sering sekali dibenturkan.
“Kegiatan Njujug Tajug ini, harus lebih sering dilaksanakan. Agar seni dan budaya lokal Cirebon,
tidak lagi dianggap bertentangan dengan ajaran agama,” ujar Heli.
Sementara itu, Ketua PCNU Kabupaten Cirebon KH Aziz Hakim Syaerozi, menegaskan, kegiatan seni budaya seperti wayang dan lainnya, bukan kegiatan yang diharamkan. Bahkan menurut Aziz, para wali termasuk Sunan Gunung Jati, sangat meminati seni-seni pertunjukan dan kesenian lainnya.
“Asal tidak ada yang bertentangan dengan syariat Islam,” ujar Aziz.
Dalam perjalanannya, para wali bahkan menggunakan seni budaya, sebagai salah satu instrument dakwah. Karena, inti dari seni budaya yang ada, yaitu untuk lebih mendekatkan manusia kepada penciptanya. Hal tersebut dikreasikan oleh para pembawa Islam saat itu, untuk lebih diterima di masyarakat.
“Sehingga selama tidak menyimpang dengan keyakinan, kesenian itu malah menjadi instrumen dakwah yang bagus,” ujarnya.
Njujug Tajug merupakan pagelaran seni yang diselenggarakan Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PCNU Kab Cirebon. Kegiatann seni budaya ini, diselenggarakan di sejumlah tajug di Kabupaten Cirebon, untuk ikut berperan melestarikan budaya lokal Cirebon dan menjalin silaturahmi antar masyarakat. Selain itu, diselenggarakan juga kegiatan lainnya, seperti bersih-bersih masjid, pengobatan gratis, pelatihan pendidikan, dakwah milenial dan lainnya. (CIBA-03)