Membentuk generasi emas Indonesia bukanlah tugas yang bisa diselesaikan hanya dengan doa dan harapan. Seperti yang diungkapkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, “Pendidikan tidak hanya tentang memberikan pengetahuan, tetapi juga membangun karakter.” Tegasnya. Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang diluncurkan oleh Kemendikdasmen menjadi salah satu upaya konkret untuk mencapai visi besar ini.
Dulu, bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi gotong royong, disiplin, dan nilai-nilai luhur lainnya. Namun, zaman berubah. Modernisasi dan globalisasi membawa banyak kemudahan, tapi juga perlahan menggerus kebiasaan baik yang dulu melekat dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak lebih akrab dengan layar gawai daripada bermain bersama teman sebaya, waktu tidur jadi berantakan karena terlalu lama scrolling media sosial, dan kebiasaan bangun pagi kian dianggap sebagai mitos belaka.
Padahal, kebiasaan-kebiasaan ini bukan sekadar aturan kaku yang harus diikuti tanpa alasan. Ada filosofi mendalam yang berakar pada budaya dan agama. “Kami percaya bahwa kebiasaan seperti bangun pagi, beribadah, dan bermasyarakat bukan hanya membangun individu yang kuat, tetapi juga menciptakan generasi yang peduli dengan sesama dan lingkungannya,” ujar Abdul Mu’ti.
Dari perspektif sosiologis, membentuk anak-anak dengan kebiasaan positif sejak dini adalah investasi besar untuk masa depan bangsa. Itulah sebabnya Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat hadir dengan tujuh pilar utama: Bangun Pagi, Beribadah, Berolahraga, Makan Sehat dan Bergizi, Gemar Belajar, Bermasyarakat, dan Tidur Cepat. Semua ini dirancang untuk menciptakan anak-anak yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga kuat secara emosional dan sosial.
Selain itu, dari sisi medis, kebiasaan-kebiasaan ini terbukti berperan besar dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian terbaru menegaskan bahwa olahraga rutin dapat meningkatkan fungsi kognitif dan daya konsentrasi anak (Rahmawati et al., 2022). Tidur yang cukup juga berdampak langsung pada kesehatan mental dan emosional mereka (Santoso & Wijaya, 2023). Makan sehat? Jelas berpengaruh besar pada daya tahan tubuh dan kemampuan belajar mereka di sekolah.
Menghidupkan kembali kebiasaan-kebiasaan ini bukanlah tugas yang mudah, tetapi juga bukan sesuatu yang mustahil. Jika dulu gotong royong menjadi identitas bangsa, maka kini saatnya masyarakat bersama-sama membangun kebiasaan baru yang lebih relevan dengan tantangan zaman. Sebab, anak hebat bukan datang dari doa semata, tapi dari kebiasaan yang dibentuk sejak dini.
Untuk mewujudkan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, diperlukan strategi yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak. Kolaborasi lintas sektor yang melibatkan berbagai kementerian, lembaga, pemerintah daerah, serta organisasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan gerakan ini. Dukungan dari bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan perlindungan anak sangat diperlukan. Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen, Suharti, menekankan pentingnya pendekatan terpadu dalam pelaksanaan program ini. “Kami menyadari bahwa membangun generasi emas Indonesia memerlukan dukungan dari semua pihak. Sinergi antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan media adalah elemen penting dalam memastikan keberhasilan gerakan ini,” ujar Suharti.
Selain itu, peran keluarga sangat penting dalam membentuk kebiasaan anak. Orang tua diharapkan dapat menjadi teladan dan memberikan dukungan serta bimbingan kepada anak-anak mereka dalam menerapkan kebiasaan-kebiasaan positif. Sekolah juga berperan dalam menyediakan lingkungan yang mendukung penerapan kebiasaan-kebiasaan tersebut melalui berbagai program dan kegiatan yang relevan.
Dampak dari penerapan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat diharapkan dapat mewujudkan Indonesia Emas pada tahun 2045. Dengan nilai-nilai karakter yang kuat, generasi ini diharapkan mampu membawa Indonesia menjadi bangsa yang maju, sejahtera, dan berdaya saing. Kemendikdasmen mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mendukung pelaksanaan gerakan ini dan bersama-sama mewujudkan visi besar Indonesia Emas 2045. Dengan komitmen yang kuat dan kerja sama yang erat, langkah ini akan menjadi pijakan penting menuju masa depan yang gemilang.
Seratus hari pemerintahan yang baru telah berjalan. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei, Kemendikdasmen menjadi salah satu kementerian yang menunjukkan sikap positif di 100 hari kerja pertama. Tidak hanya itu, Mendikdasmen Abdul Mu’ti juga turut diapresiasi dan terpilih menjadi salah satu menteri dengan kinerja baik. Apresiasi ini tidak hanya sekedar capaian, melainkan akan menjadi motivasi bagi Kemendikdasmen untuk terus memberikan layanan pendidikan terbaik demi mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.
Membentuk anak hebat tidak bisa hanya dengan doa dan harapan. Diperlukan upaya nyata dan kolaborasi dari berbagai pihak untuk mewujudkannya. Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat menjadi salah satu langkah strategis dalam membentuk generasi emas Indonesia yang berkarakter kuat dan berdaya saing tinggi. (Dilah Rifqi/Arif)